Untuk
seorang penggemar kopi kayak diriku, pergi ke kampung kopi
adalah sebuah mimpi
dan cita-cita mulia. Untunglah akhirnya keinginan ini terwujud. Tahun
baru itu aku kesampaian juga pergi ke Kampoeng Kopi Banaran. Wisata
agro yang
terletak di perkebunan kopi ini sangat terkenal. Makanya kesempatan berkunjung ke tempat ini
bersama kakak ipar dan anak-anaknya segera kusambar.
Mudah
sekali untuk mencapai tempat wisata ini karena letaknya persis tepi jalan di daerah Bawen. Tepatnya Jl. Raya Semarang –
Solo Km. 35. Sekitar satu kilometer dari
terminal bus Bawen ke arah Salatiga. Dari Semarang mobil kami melaju, dan plang
nama besar yang terpampang di depannya
bisa terbaca jelas dari kejauhan sehingga kami segera tahu kalau hampir sampai
ke lokasi. Yeay!!
Kami
segera bisa mencium sedap aroma kopi dan menyaksikan keindahan pemandangan kebun
kopi yang luas saat mulai memasuki lokasi wisata yang gratis ini, alias tidak
dipungut biaya. Uhuy! Jadi kalaupun sedang lelah dan hanya ingin datang serta duduk-duduk minum kopi atau Cuma jalan-jalan
menikmati segarnya udara perbukitan, juga tak masalah.
Anak-anakku
yang kelaparan padahal tadi sudah sarapan, inginnya langsung jajan saja di
minimart yang ada di bagian terdepan lokasi ini. Si budhe, kakak iparku,
langsung tanggap dan membelikan beberapa jajanan yang bisa dicemil selama
perjalanan kami mengelilingi kebun kopi.
Walaaaah….nggaya banget wis, lha wong kebunnya luaassss bingits.
Mau
tak mau kami ikutan antri bersama para pengunjung lainnya yang hendak naik
kereta wisata. Dengan kendaraan inilah sebagian kebun kopi ini bisa kami
nikmati lebih dekat. Biayanya murah, Cuma lima puluh ribu dan seluruh anggota
keluarga bisa naik. Cuma, karena mungkin pas hari libur, jadi antrinya cukup
lama juga. Sampai-sampai kudapan di tangan pelan-pelan hampir habis.
Sembari
menunggu nomor antrian dipanggil, aku dan anak-anakku menikmati main
jungkat-jungkit, jalan-jalan ke kebun buah naga yang ada di sekitaran pool
kereta wisata, juga taman anggrek yang mungil persis di sebelah kasir kereta. Dan tak lupa berkunjung ke kamar kecil yang
berada di sebuah rumah-rumahan yang kesannya seperti gua karena terletak di
bawah dataran yang lebih tinggi. Desainnya yang meniru bangunan jaman Belanda
memberi pengalaman yang asyik dan mengayakan.
Selain
kamar kecil yang jumlahnya lumayan banyak, Kampoeng Kopi Banaran rupanya juga
dilengkapi dengan fasilitas untuk sholat, peturasan alias kamar mandi,
kafe maupun restaurant yang menyediakan berbagai makanan minuman. Dua keponakanku
sempat sarapan di kafe tersebut setelah memarkir mobil saat tiba tadi,
makanannya lumayan lezat dengan harga yang terjangkau.
Karena
masih lama urutannya, aku mengiyakan anak-anakku yang ingin mengunjungi taman
kupu-kupu. Ada banyak sekali jenis kupu-kupu di sana. Kalau selama ini kami
hanya bisa melihat gambarnya, kali ini sosok fisiknya langsung bisa kami
kagumi. Keluar dari taman kupu-kupu, kami dapat free teh hangat. Wah, lumayan
untuk menghangatkan tubuh nih karena bisa-bisa membeku menunggu antrian.
Yes!
Akhirnya nomor antrian kami dikumandangkan, dan here we are. Kereta kami pun
melaju, berputar-putar sepanjang lokasi perkebunan kopi. Pak sopir (atau
masinis ya) menjelaskan aneka tanaman yang kami saksikan, juga area-area wisata
yang bisa kami nikmati dari ketinggian ini, termasuk rawa pening yang terkenal
dengan legendanya itu. Meski jalannya meliuk-liuk, menanjak-nanjak tetapi pak Sopir terlihat
tenang membuat hati yang sebenarnya deg-deg pyur, jadi ikut tenang juga.
Sungguh perjalanan yang seru dan mendebarkan. Tepi-tepi jalan berbatu yang
sempit ini langsung berhubungan dengan tanah miring perkebunan, sebagian tera
sering, namun tak jarang berbentuk jurang terjal. Jadi sebenarnya
memang cukup mengerikan. Namun lama-lama rasa takut itu reda karena anak-anak
mulai tanya ini itu pada pak Sopir yang memang pandai sekali mengalihkan
suasana dari seram menjadi menyenangkan. Kereta sempat berhenti juga pas kami
tiba di tempat tertinggi untuk bisa menikmati pemandangan dengan lebih leluasa
sembari menghirup segarnya udara perbukitan. Pak sopir bercerita juga tentang
pernah ada serombongan orang yang nekat mengendarai kendaraannya sendiri sampai
ke atas dan terjerembab di salah satu pojok perbukitan, padahal sudah dilarang
sebab hanya kereta resmi yang diperbolehkan.
Setelah
seperempat jam berkeliling, kami kembali ke pool kereta. Tak lupa foto-foto
bersama pak Sopir yang ramah dan baik hati. Dari sana, kami melanjutkan
perjalanan menggunakan mobil karena matahari makin terik. Berkendara ke daerah
atas kawasan kebun kopi untuk melihat-lihat berbagai aneka aktifitas lain yang
ditawarkan kawasan wisata ini. Ada flying fox yang penuh dengan anak-anak yang
antri main, ada beberapa pengunjung yang memilih berkeliling kebun kopi dengan
mengendarai kuda-kuda yang disewakan, ada ATV, camping ground, kolam
renang, playing ground dengan ayunan, jungkat-jungkit, perosotan,
tarik-putar, gazebo-gazebo yang gratis ataupun disewakan untuk acara-acara, dan
bahkan villa-villa yang ada di bagian paling atas dari kawasan ini.
Siang
pun beranjak terus, dan kami harus segera balik karena ada tugas lain menunggu.
Aku bisa melihat ekspresi puas di wajah anak-anak dan keponakan-keponakanku.
Kampoeng kopi Banaran menjadi oase dan semacam surga bagi semua orang. Tak
Hanya Surganya Pecinta Kopi.
Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Lomba Blog Pesona Kabupaten Semarang
Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Lomba Blog Pesona Kabupaten Semarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar