Jadzab, majdzub, ditarik olehNya. Begitulah kira - kira perjalanan
kali ini. Ditemani salah satu empunya yang namanya seperti nama anaknya.
Medan yang jauh, berkelok dan bergelombang tidak terasa. lama
perjalanan yang ditempuh menjadi nikmat karena serasa pulang. mencerap
kemurnian.
Dia merasakan kehangatan selagi memasuki
pintunya. Disambut keramahan seorang gadis tinggi putih yang selama ini
hanya dia kenal nama samarannya. Menggenggam dan mencium punggung tangan
seorang ummi yang dari rahimnya lahir para punggawa ahlul qur'an, ahlul
ilmi. Menikmati pandangan sejuk para ‘alim yang foto-fotonya terpasang
di setiap dinding, termasuk kamar istirahat bagi tamu. Air sejuknya
membasahi jiwa yang kering, membersihkan peluh dan daki, melunturkan
debu kegalauan, menjernihkan dan memurnikannya.
Malam
semakin hangat ,berbincang sampai larut dengan ummi dan putrinya yang
cantik tinggi putih sholihah punggawa Alquran . Mendengar kisah tentang
Abuya dan murid-muridnya, keluarganya dan kelahiran putra putri Baba dan
ummi sendiri. Kisah -kisah mereka dan kiat-kiat ummi mendidik. Begitu
banyak hal yang dia dapatkan. Hingga dia berbaring di peraduan dengan
rasa yang indah dan bangun kembali dalam rasa yang baru.
Air
matanya meleleh saat mendengar wirid dan doa Baba yang menyelusup dari
ruang tengah menuju peraduannya. Kedua tangannya bergetar, menadah ke
atas, ya Rabb..Kau berkenan kembalikan aku, pulangkan aku, tak cukup
terima kasih ya Rabb. Aku tak cukup punya banyak kata… hanya air mata.
Betapa
sopan, alus, resik, apik. Kesemuanya. Tidak hanya fisik tetapi juga
batiniah, ruh rumah dan seluruh penghuninya. Dia sungguh ingin berlari
ke Baba, tetapi dia menahan diri. Kesopanan para ahlullah ini menular
pasti. Perempuan cantik tinggi putih lemah lembut itu masuk ke kamarnya
dan mempersilakan dirinya jika ingin bertemu Baba.
Dan
Baba, subhanallah.. berjam –jam pun tak terasa jika berbincang dengan
beliau. Darinya guyon sekaligus hikmah, terpetik dan terangkum dalam
sanubari. Dia tak menyembunyikan air matanya dari Baba dan ummi di sana,
dia senang menjadi salah satu bagian dari momen – momen indah ini.
Berbagi cerita, kisah dan kenangan. Ketika dia nyadung dungo, Baba
ngendhiko ‘pasti takdungakno’. Alhamdulillah. Baba menahannya untuk
menginap semalam lagi, tetapi dia teringat kedua anaknya di rumah
ibunya. Sehingga agar tidak mengecewakan Baba, dia mengulur waktunya
untuk tinggal sedikit lebih lama dari rencananya.
Ditemani
gadis cantik putih tinggi, dia beredar ke sarang para pencecap
kemurnian. Salah seorangnya kemudian menemaninya berkeliling. Termasuk
ke maktabah yang fotonya waktu itu hanya bisa dia nikmati dari jauh. Dia
di sini sekarang,berpose di depan deretan almari penuh buku dan kitab.
Subhanallah. Seperti mimpi yang terwujud.
Dia berusaha mencerap
sebanyak mungkin dalam waktu yang sempit itu, tapi dia cukup puas. Dapat
copy-an satu buku kecil amalan untuk misi besarnya kali ini, misi yang
tertunda. Dan yang sangat mahal dan tak ternilai harganya adalah tekad,
charge energy, kiat-kiat praktis terutama dalam parenting dan hifdzil
qur’an. Ya Robb, karuniakanlah pertolonganMu agar ini semua bisa segera
dipraktekkan dan bukan euphoria sesaat yang lekang serta lempus ketika
kembali tergerus kesibukan duniawi. Aamiin….
Saatnya pamit
dan Baba mengantonginya doa, ummi membawakannya banyak bingkisan, gadis
cantik dan misannya mengantarnya hingga dia menaiki bis untuk kembali
pada kedua anaknya. Dengan rasa dan hati baru. Dengan himmah dan ghiroh.
Ayo nak, kita kejar ketinggalan kita.
Pulang Mencerap Kemurnian
Tags
# hikmah
# inspirasi
kontemplasi
Labels:
hikmah,
inspirasi,
kontemplasi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar