Pengertian Plot Dan Alur Cerita
Selama ini pengertian plot sering disalahpahami sebagai alur atau jalan
cerita. Mungkin karena keduanya dibangun oleh unsur ‘peristiwa’. Penyamaan
begitu saja antara plot dengan alur, apalagi mendifinisikan plot sebagai alur
agaknya kuranglah tepat. Di dalam sebuah alur belum tentu terdapat plot,
sebaliknya sebuah plot sudah pasti akan membentuk alur. Lalu apakah plot dan
alur itu?
Forster dalam Aspec of
Novel mengartikan alur atau jalan cerita sebagai sebuah narasi berbagai kejadian yang sengaja disusun
berdasarkan urutan waktu. Atau peristiwa demi peristiwa yang susul menyusul.
Sedangkan plot adalah hubungan kausalitas (sebab-akibat) sebuah
peristiwa dengan peristiwa yang mendahuluinya atau peristiwa setelahnya. Bahasa
sederhananya, hubungan sebab-akibat antarperistiwa dalam sebuah cerita.
Perhatikan kalimat
berikut: “Ibu meninggal dunia, satu bulan kemudian ayah menyusulnya”. Kalimat
tersebut belumlah cukup dikatakan mengandung unsur plot, karena sekedar
menunjukan urutan waktu (kronologis) kejadian saja. Peristiwa kematian ayah
belum tentu disebabkan oleh kematian ibu. Bisa saja ayah meninggal dunia karena
tertabrak motor, misalnya. Sehingga tak ada hubungannya dengan kematian ibu.
Akan berbeda apabila kalimatnya diubah menjadi: “Ibu meninggal dunia, satu
bulan kemudian ayah menyusulnya karena tak kuasa menanggung kesedihan”. Pada
kalimat yang kedua ini, selain terdapat urutan waktu kejadian, juga mengandung
unsur sebab akibat. Peristiwa kematian ibu menjadi penyebab kematian ayah.
Inilah yang disebut plot.
UNSUR PEMBANGUN PLOT
Seperti yang telah
disebutkan di awal, plot dibangun oleh unsur peristiwa. Namun, sebuah peristiwa
tidak begitu saja hadir. Peristiwa hadir akibat dari aktivitas tokoh-tokoh di
dalam cerita yang memiliki konflik atau pertentangan dengan dirinya sendiri,
tokoh lainnya, atau dengan lingkungan di mana tokoh itu berada. Namun peristiwa
juga bisa disebabkan oleh aktivitas alam yang menimbulkan konflik dengan
manusia. Tanpa adanya konflik, sebuah peristiwa hanya akan menjadi narasi tak
sempurna. Setiap konflik akan bergerak menuju titik intensitas tertinggi, di
mana pertentangan tak dapat lagi dihindari. Itulah yang disebut sebagai
klimaks. Dengan demikian dapat dikatakan, sebuah plot dibangun oleh peristiwa,
konflik, dan klimaks.
Peristiwa
Peristiwa dapat
diartikan sebagai peralihan dari satu keadaan ke keadaan lainnya (Luxemburg
dkk, 1992: 150). Sebuah karya fiksi tentunya tidak terbangun hanya dari satu
peristiwa saja, tetapi banyak peristiwa. Namun, tidak semua peristiwa di dalam
karya fiksi berfungsi sebagai pembangun plot. Berdasarkan fungsi terhadap
pengembangan plot itulah, peristiwa dapat dibedakan menjadi peristiwa
fungsional, kaitan, dan acuan.
1. Peristiwa
fungsional adalah peristiwa-peristiwa yang sangat mempengaruhi pengembangan
plot. Rangkaian peristiwa-peristiwa fungsional merupakan inti dari cerita. Jika
sebuah peritiwa fungsional dihilangkan akan menyebabkan cerita itu menjadi
lain, atau bahkan menjadi tidak logis.
Gelas ditangan ayah
tiba-tiba saja terjatuh. Hatinya menjadi gelisah. Dia merasa sesuatu yang buruk
akan terjadi. Telepon di ruang tengah berbunyi. Seorang polisi mengabarkan
sebuah kecelakan bus yang terjadi beberapa jam lalu. Ibu meninggal dunia dalam
kecelakaan itu.
Semenjak kematian ibu,
ayah sering mengurung diri di dalam kamarnya. Satu bulan kemudian, ayah
menyusul ibu karena tak kuasa menanggung kesedihan.
Paragraf di atas
menyuguhkan kepada kita rangkain peristiwa yang membentuk plot. Terdapat dua
peristiwa fungsional di dalam paragraf tersebut. Yaitu peristiwa kematian ibu,
yang disusul oleh kematian ayah. Peristiwa kematian ibu menjadi penyebab
kematian ayah (perhatikan kalimat yang ditebalkan). Apabila kalimat-kalimat
lainnya dihilangkan tidak akan mempengaruhi bangunan cerita. Namun sebaliknya
apabila salah satu dari peristiwa fungsional itu dihilangkan, maka cerita akan
bergerak ke arah yang berbeda, atau menjadi kurang logis.
2. Peristiwa kaitan
adalah peristiwa-peristiwa yang berfungsi mengaitkan peristiwa-peristiwa
fungsional dalam pengurutan penyajian cerita.
Gelas ditangan ayah
tiba-tiba saja terjatuh. Hatinya menjadi gelisah. Dia merasa sesuatu yang buruk
akan terjadi. Telepon di ruang tengah berbunyi. Seorang polisi mengabarkan
sebuah kecelakan bus yang terjadi beberapa jam lalu. Ibu meninggal dunia dalam
kecelakaan itu.
Semenjak kematian ibu,
ayah sering mengurung diri di dalam kamarnya. Satu bulan kemudian, ayah
menyusul ibu karena tak kuasa menanggung kesedihan.
Perhatikan kalimat
yang ditebalkan pada paragraf di atas. Peristiwa mengurungdirinya ayah di dalam
kamar semenjak kematian ibu, hanya berfungsi mengait peristiwa kematian ibu
dengan peristiwa kematian ayah. Peristiwa tersebut tidak mempengaruhi
pengembangan plot, tetapi hanya sebagai penyeling, sehingga apabila dihilangkan
tidak akan merusak logika cerita.
3. Peristiwa acuan
adalah peristiwa-peristiwa yang tidak secara langsung berhubungan dengan plot,
tetapi lebih berkaitan dengan unsur-unsur lain seperti perwatakan atau suasana
yang melingkupi batin seorang tokoh sebelum terjadi peristiwa penting.
Gelas ditangan ayah
tiba-tiba saja terjatuh. Hatinya menjadi gelisah. Dia merasa sesuatu yang buruk
akan terjadi. Telepon di ruang tengah berbunyi. Seorang polisi mengabarkan
sebuah kecelakan bus yang terjadi beberapa jam lalu. Ibu meninggal dunia dalam
kecelakaan itu.
Semenjak kematian ibu,
ayah sering mengurung diri di dalam kamarnya. Satu bulan kemudian, ayah
menyusul ibu karena tak kuasa menanggung kesedihan.
Peristiwa jatuhnya
gelas ditangan ayah dan kegelisahan yang melingkupi batin ayah sebelum mendapat
telepon dari polisi, memberikan isyarat akan terjadinya sebuah peristiwa
penting; kematian ibu.
Konflik
Konflik memiliki
pengertian pertarungan atau pertentangan antara dua hal yang menyebabkan
terjadinya aksi reaksi. Pertentangan itu bisa berupa pertentangan fisik,
ataupun pertentangan yang terjadi di dalam batin manusia. Konflik merupakan
unsur terpenting dari pengembangan plot. Bahkan bisa dikatakan sebagai elemen
inti dari sebuah karya fiksi. Stanton dalam An Introduction to Fiction
membedakan konflik menjadi dua, yaitu konflik eksternal dan konflik internal.
a. Konflik eksternal
adalah pertentangan yang terjadi antara manusia dengan sesuatu yang berada di
luar dirinya. Konflik ini dibagi lagi menjadi dua macam. Konflik elemental,
yaitu konflik yang terjadi akibat adanya pertentangan antara manusia dengan
alam; manusia lawan alam. Misalnya saja konflik yang timbul akibat adanya
banjir besar, gempa bumi, gunung meletus, dsb. Sedangkan konflik sosial terjadi
disebabkan adanya kontak sosial antarmanusia, atau masalah yang muncul akibat
adanya hubungan sosial antarmanusia. konflik sosial bisa terjadi antara manusia
lawan manusia atau manusia lawan masyarakat. Misalnya saja berupa masalah
penindasan, peperangan, penghianatan, pemberontakan terhadap terhadap adat
lama, dsb.
b. Konflik Internal
adalah konflik yang terjadi di dalam hati atau jiwa seorang tokoh cerita.
Pertentangan yang terjadi di dalam diri manusia. Manusia lawan dirinya sendiri.
Misalnya saja konflik yang terjadi akibat adanya pertentangan antara dua
keinginan, keyakinan, pilihan yang berbeda, harapan-harapan dan masalah-masalah
lainnya.
Klimaks
Menurut Stanton dalam
An Introduction to Fiction klimaks adalah saat konflik telah mencapai titik
intensitas tertinggi, dan saat itu merupakan sesuatu yang tak dapat dihindari
kejadiannnya. Artinya, berdasarkan tuntutan dan kelogisan cerita, peristiwa itu
harus terjadi, tidak boleh tidak. Klimaks merupakan pertemuan antara dua hal
yang dipertentangkan dan menentukan bagaimana konflik itu akan diselesaikan.
KAIDAH PENGEMBANGAN PLOT
Ada beberapa hal yang
harus diperhatikan agar plot yang kita bangun tidak saja menjadi menarik,
tetapi juga sesuai dengan logika cerita, dan tidak melebar ke mana-mana
sehingga kehilangan fokus cerita. Dalam buku How to Analyze Fiction, Kenny
mengemukakan kaidah-kaidah pemlotan meliputi masalah plausibilitas
(plausibility), adanya unsur rasa ingin tahu (suspense), kejutan (suprise), dan
kesatupaduan (unity).
Plausibilitas
Plausibilitas memiliki
pengertian suatu hal yang dapat dipercaya sesuai dengan logika cerita. Plot
sebuah cerita harus memiliki sifat plausibel atau dapat dipercaya oleh pembaca.
Pengembangan cerita yang tak plausibel dapat membingungkan dan meragukan
pembaca.
Sebuah cerita
dikatakan memiliki sifat plausibel jika tokoh-tokoh cerita dan dunianya dapat
diimajinasikan dan jika para tokoh dan dunianya tersebut serta
peristiwa-peristiwa yang dikemukakan mungkin saja dapat terjadi. Plausibilitas
cerita tidak berarti peniruan realitas belaka, tetapi lebih disebabkan ia
memiliki keberkaitan dengan pengalaman kehidupan. Apakah jika seseorang berada
dalam persoalan dan situasi seperti yang dialami tokoh cerita akan bertindak
seperti yang dilakukan tokoh itu? Misalnya saja, mungkinkah seorang tokoh
cerita yang mengalami keterbelakangan mental mampu menjawab soal-soal
pertanyaan dalam olimpiade fisika? Dalam sebuah cerita fiksi itu mungkin saja,
namun tentunya hal ini sangat tidak bisa dipercaya, oleh sebab itu ia tak
memiliki sifat plausibel.
Suspense
Suspense memiliki
pengertian pada adanya perasaan semacam kurang pasti terhadap
peristiwa-peristiwa yang akan terjadi, khususnya yang menimpa tokoh protagonis
atau yang diberi simpati oleh pembaca. Sebuah cerita yang baik tentunya harus
mampu membangkitkan rasa ingin tahu pembaca. Suspense tidak semata-mata hanya
berurusan dengan ketidaktahuan pembaca, tetapi lebih dari itu, mampu mengikat
pembaca seolah-oleh terlibat dalam kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi
dan dialami oleh tokoh cerita. Suspense akan mendorong, menggelitik dan
memotivasi pembaca untuk setia mengikuti cerita, mencari jawaban dari rasa
ingin tahu terhadap kelanjutan dan akhir cerita.
Suprise
Plot sebuah cerita
yang menarik tidak saja harus mampu membangkitkan rasa ingin tahu pembaca,
tetapi juga mampu memberika kejutan atau ketakterdugaan. Plot sebuah karya
fiksi dikatakan memiliki sebuah kejutan apabila sesuatu yang dikisahkan atau
kejadian-kejadian yang ditampilkan menyimpang atau bahkan bertentangan dengan
harapan pembaca. Jadi, dalam karya itu terdapat suatu penyimpangan, pelanggaran
atau pertentangan apa yang ditampilkan dalam cerita dengan apa yang telah
menjadi kebiasaan, atau mentradisi.
Kesatupaduan
Kesatupaduan memiliki
pengertian keberkaitan unsur-unsur yang ditampilkan, khususnya
peristiwa-peristiwa fungsional, kaitan, dan acuan, yang mengandung konflik atau
pengalaman kehidupan yang hendak disampaikan. Ada benang merah yang
menghubungkan berbagai aspek cerita sehingga seluruhnya dapat terasa sebagai
satu kesatuan yang utuh dan padu.
PENAHAPAN PLOT
Peristiwa awal yang
ditampilkan dalam sebuah karya fiksi mungkin saja langsung berupa adegan-adegan
yang memiliki kadar konflik dan dramatik tinggi, bahkan merupakan konflik yang
amat menentukan plot karya yang bersangkutan. Padahal, pembaca belum dibawa
masuk dalam suasan cerita, belum tahu awal dan sebab-sebab terjadinya konflik.
Hal yang demikian dapat terjadi disebabkan urutan waktu penceritaan yang
sengaja dimanipulasi dengan urutan peristiwa untuk mendapatkan efek artistik
tertentu, yang memberikan kejuta dan membangkitkan rasa ingin tahu pembaca.
Kaitan antarperistiwa haruslah jelas, logis dan dapat dikenali urutan
kewaktuannya terlepas dari penempatannya yang mungkin di awal, tengah, atau
akhir.
Aristoteles
mengemukakan bahwa tahapan plot harus terdiri dari tahapan awal, tahapan
tengah, dan tahapan akhir.
1. Tahap awal sebuah
cerita merupakan tahap perkenalan. Pada umumnya berisi informasi yang berkaitan
dengan berbagai hal yang akan dikisahkan pada tahap-tahap berikutnya. Fungsi
pokok tahapan awal adalah memberikan informasi dan penjelasan seperlunya yang
berkaitan dengan pelataran dan penokohan. Pada tahapan ini, juga sudah
dimunculkan sedikit demi sedikit masalah yang dihadapi tokoh yang menyulut
konflik, pertentangan-pertentangan dan lain-lain yang akan memuncak di bagian
tengah.
2. Tahap tengah sebuah
cerita sering juga disebut sebagai tahap tikaian. Pada tahap ini konflik yang
sudah mulai dimunculkan pada tahap awal mengalami peningkatan, semakin
menegangkan, hingga mencapai titik intensitas tertinggi atau klimaks.
3. Tahap akhir sebuah
cerita biasa juga disebut sebagai tahapan peleraian yang menampilkan adegan
tertentu sebagai akibat dari klimaks. Tahapan ini merupakan tahapan
penyelesaian masalah atau bisa juga disebut sebagai tahapan anti klimaks.
Penyelesaian sebuah cerita dapat dikatagorikan menjadi dua: penyelesaian
tertutup dan penyelesaian terbuka. Penyelesaian tertutup menunjuk pada keadaan
akhir sebuah karya fiksi yang memang sudah selesai. Sedangkan penyelesaian
terbuka lebih membuka peluang bagi kelanjutan cerita sebab konflik belum
sepenuhnya selesai dan membuka peluang untuk berbagai penafsiran dari
pembacanya.
Demikianlah perkenalan
kita dengan salah satu elemen penting dalam penulisan fiksi, yaitu plot.
Kualitas plot sangat ditentukan oleh kadar masalah yang menghadang langkah
tokoh cerita dalam menemukan penyelesaian. Bagaimana hambatan-hambatan tersebut
membuat tokoh-tokoh cerita anda bertindak dengan gigih demi terwujudnya akhir
cerita. Perpaduan antara perjuangan keras dan ancaman nyata berupa kegagalan
akan membuat pembaca terpikat untuk terus menikmati tulisan anda hingga akhir
cerita
(Diadaptasi dari Materi Latihan FLP)Kopas dari jualbeliforum.com
(Diadaptasi dari Materi Latihan FLP)Kopas dari jualbeliforum.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar