Liburan kemarin aku berekreasi ke Gua Kreo. Letaknya di Gunung Pati Semarang. Tempatnya dingin karena terletak di dataran yang lebih tinggi. Dan berada di dalam hutan. Ada banyak monyet di sana. Mereka senang sekali diberi kacang dan pisang. Aku pergi bersama umi (ibu), kakak Hasan, pakde Rin, bude Khah. Juga dua sepupuku, mas Alvin dan mbak Magda.
Menurut cerita. Dulu Sunan Kalijaga pergi ke gua Kreo untuk mencari kayu jati. Yang akan digunakan sebagai salah satu tiang masjid Agung Demak. Ketika batang kayu itu hendak dibawa ke Demak, para monyet meng-kreo di atas batang pohon tersebut. Mereka duduk merunduk seperti memeluk batang pohon. Maksudnya minta diajak pergi ke Demak bersama Sunan Kalijogo.
Sunan Kalijogo berkata pada para monyet tersebut yang terdiri dari dua jenis, monyet merah dan monyet putih.
“Kalian sebaiknya tetap tinggal di Goa sini. Karena jenis kalian berbeda dengan manusia. Akan kupotong batang kayu ini menjadi tiga bagian. Satu bagian yang kubawa pulang ke Demak. Satu bagian untuk kaum monyet merah. Satu lagi untuk kaum monyet putih. Kalian harus rukun dan tetap tinggal di sini”
Para monyet itu setuju dan mereka tinggal di Gua Kreo selamanya sampai berketurunan banyak hingga saat ini. Sunan Kalijogo berhasil membawa pulang batang kayu. Dan untuk sambungannya, Sunan menggunakan saka tatal yang terkenal itu.
Mobil kami parkir di area depan. Untuk menuju goa Kreo kami berjalan kaki. Menyeberangi jembatan besi yang berada di atas area di bawah bukitnya. Area ini sedang dipersiapkan untuk bangunan waduk. Jika waduk sudah jadi pasti suatu saat kami akan berkunjung untuk rekreasi juga.
Jalan masuk menuju gua Kreo sangat panjang dan naik turun. Kami harus menuruni anak tangga yang sangat banyak jumlahnya. Tidak kuhitung karena banyaknya. Monyet-monyet it uterus mengikuti kami padahal persediaan kacang di kantung baju sudah habis.
Kami memasuki gerbang tinggi dan besar. Setelahnya masih harus menuruni anak tangga lagi. Setelah lumayan lelah, akhirnya kami sampai ke jalan yang agak landai. Dan kali ini malah harus sedikit mendaki untuk menuju Gua Kreo. Karena pakdhe masih dalam masa pemulihan setelah sakit, pakdhe tidak turut naik. Beliau istirahat ditemani budhe dan mbak Magda.
Mas Alvin dan mas Hasan berjalan di depan. Aku dan umi berjalan di belakang mereka. Kami tambah berani karena ada segerombolan remaja yang juga hendak mendekati gua. Tempatnya sedikit menyeramkan. Agak gelap bagian depannya karena terletak menjorok ke dalam. Dan berada di bawah naungan pepohonan besar yang sangat lebat.
Mas Alvin dan mas Hasan takut-takut. Ingin masuk ke dalam gua tetapi kelihatannya gelap sekali. Aku dan umi memang tidak ingin masuk. Kami cukup berpose di depan gua saja. Sekelompok pemuda yang datang berbarengan dengan kami ternyata lebih berani. Mereka berenam masuk ke dalam gua pertama yang ada di bagian depan sendiri. Ternyata guanya buntu. Meski begitu teriakan mereka begitu kerasnya. Seolah terjadi apa-apa di dalam sana. Ah, ada –ada saja.
Selanjutnya mereka berenam masuk ke gua yang lebih besar dan panjang. Kukira mereka tidak keluar lagi karena guanya mungkin tembus ke tempat lain atau bagaimana. Eh, ternyata mereka keluar juga. Sambil berteriak – teriak lagi. Ah, jadi ngeri.
Akhirnya aku, umi, mas Hasan dan mas Alvin turun untuk menemui budhe dan pakdhe juga mbak Magda. Hari ini aku senang karena telah mengunjungi wisata alam yang juga sangat bersejarah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar