Ya Allah.
Berita tentang kecelakaan tergulingnya perahu yang berjalan pulang dari pulau Panjang menuju pantai Kartini pada hari Rabu lalu mengejutkan kami sekeluarga. (lihat berita terkait http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/08/16/6/175320/Korban-Kecelakaan-Perahu-di-Jepara-Menjadi-12-Tewas)
Pasalnya pada hari Senin, dua hari sebelum kecelakaan itu, kami juga menempu rute yang sama. Naik perahu yang sejenis. Usai pulang dari acara halal bihalal keluarga besar di Jepara.
Jadi teringat ketika kami senyum dan tertawa-tawa saat lomban (istilah naik perahu dalam rangka acara syawalan) Jeprat-jepret berfoto ria, bercanda, bahkan sempat hendak berpose seperti film Titanic.
Maut yang merenggut banyak orang itu menghentakkan kami. Ya Allah. Kami kembali selamat dari maut. Aku dan kedua anakku juga bersama almarhum suamiku pada hari Rabu-Jumat lima tahun yang lalu. Sama-sama pergi pulang Jakarta untuk kepentingan proyek. Dan hari Ahadnya, suamiku terenggut nyawanya dalam kecelakaan di jalan tol Cikampek saat kembali pergi ke Jakarta, melanjutkan apa yang hari Rabu-Jumatnya kami mulai bersama itu. Aku yang harus standby di Semarang karena ada proyek yang tidak bisa ditinggalkan, tak lagi turut ke Jakarta waktu itu.
Mengingat ini, ada banyak rasa yang bercampur baur menjadi satu. Betapa maut sebenarnya terus mengintai kita. Betapa dekat kita padanya. Betapa semestinya kita siap setiap saat. Ingat padaNya setiap saat.
Semoga perpanjangan usia ini bermanfaat dunia dan akhirat. Aamiin.
Semoga istiqomah, tambah kuat iman Islam dan husnul khotimah.
Lolos Lagi Dari Maut
Tags
# hikmah
# kematian
travelling
Labels:
hikmah,
kematian,
travelling
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar