Aku ketemu dengan Dewi, penulis novel ini, untuk pertama kalinya di tahun
2011, saat kita sama-sama menang dalam sebuah lomba cerpen yang diadakan
Kompas.
Dua puluh pemenangnya dihadirkan ke Jakarta dan mengikuti workshop penulisan
cerpen. Yang diampu mas Yanusa Nugroho dan Bli Putu Fajar Arcana. Berlangsung
dari pagi sampai senja, dan diakhiri dengan makan malam bareng
cerpenis-cerpenis gaek nasional. Malam itu ditutup dengan diskusi yang hangat
dan panas, dengan mas Radhar Panca Dahana sebagai pembicara utamanya. Yang
masih menggebu-gebu ngobrolin sastra dan kebangsaan meski kondisinya sedang
sakit.
Malam berikutnya kami menyaksikan malam penganugerahan cerpenis kompas tahun
itu.
Ketemu Dewi lagi pas kami sama-sama dapat undangan ke TIM untuk acara seminar
siang harinya dan penganugerahan novel DKJ tahun 2012 malamnya. Seorang
teman lamaku datang menemuiku sore itu dan duduk lama menemaniku serta sempat
berkenalan dengan Dewi.
Pas makan malam, Dewi sempat berkomentar dan menanyakan ke mana ‘pacarku’
yang ganteng tadi. Kujawab dengan santai, oh kembali ke istrinya. Hahahaha….
(Btw, kalian bisa baca cerpen tentang ini di blog ini)
Nah! Buku Surat Panjang ini adalah gubahan Dewi, yang menjadi salah satu
pemenang unggulan DKJ waktu itu. Aku sudah membaca novel pemenang pertamanya
jauh sebelum ini. Lumayan suka tetapi terlalu gelap dan solilokui. Surat
Panjang ini solilokui juga, tapi lumayan lebih bagus.
Berkisah tentang seorang perempuan yang memendam cintanya pada teman masa
kecilnya. Dia menulis suratsurat panjang. Jumlahnya 37 buah. Dan baru sampai ke
Tuan Alien, kekasih terpendamnya itu, setelah kematiannya.
Menakjubkan membaca bahwa Dewi yang masih muda selancar itu mengalirkan
pemikiran-pemikirannya. Dia kritis, seperti Dewi Lestari dan Ayu Utami, juga
mbak Linda Christanti, mbak Leila S Chudori,
Laksmi Pamuntjak, dan Okky Madasari. Dari sini, aku sadar bahwa agar
seseorang bisa menulis secara autentik, tak ada jalan lain kecuali jujur dan
berani. Sehingga dengan sendirinya menghebat. Tentu saja bekalnya adalah
wawasan luas, ilmu, pengetahuan dan kekayaan pengalaman serta kontemplasi yang
mendalam.
Two Thumbs up buat Dewi. I’m proud that we’ve been together and known each other.
Dia bahkan memberiku ucapan selamat saat kemarin aku menang PSA2 Grasindo.
Hehe.
Namun ada catatan kecil sebagaiman yang ku-twitkan tadi pagi. Betapa seharusnya
kita yang diberiNya hidayah ini bersyukur dan merunduk dalam, karena ternyata
ada teman-teman kita yang masih terus meraba-raba dan mencari-cari apa itu
cahaya, sementara Dia-Nya memberikan kita hidayah itu secara gratis. Kita hanya
harus menjaganya.
Robbanaa laa tuzigh quluubanaa ba’da idz hadaitanaa wa hab lanaa min ladunka
qohmah. Innaka antassami’uddu’aa
#ngemilbaca Surat Panjang Tentang Jarak Kita Yang Jutaan Tahun Cahaya
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar