saya dan Bara di UWRF |
tujuan saya menulis juga bukan sebatas setelah bukunya terbit dan diapresiasi positif. Nggak bakal puas sampe situ. Karena memang tujuan awalnya menulis, bukan karya yang diterbitkan sebagai buku, setelah itu udah, gitu. Jadi memang, harus terus nulis dan nggak bakal berhenti sebelum, sebelum puas sih. Dan itu nggak bakal puas nulis. Jadi jawabannya, nggak cukup sampe di sini untuk nulisnya
inspirasi itu bisa dateng dari mana aja. Dari hal-hal yang kamu alami sehari-hari pun, dari pengalaman kamu, dari pengalaman orang lain, dari buku-buku yang kamu baca, film-film yang kamu tonton, omongan-omongan kamu sama temen kamu, percakapan-percakapan sehari-hari semuanya bisa muncul menjadi inspirasi kamu buat nulis. Jadi inspirasi yang saya dapatkan saat menulis buku-buku saya, kebanyakan dari hal-hal seperti itu. Cuma memang kadang ada saatnya kita lagi bener-bener mentok dan menyalahkan bahwa inspirasi itu nggak dateng. Padahal mungkin kita belum terlalu berusaha untuk memancing inspirasi itu. Jadi inspirasi itu bisa dateng dari mana aja dari sekeliling kamu. Yang kamu butuhin cuma lebih peka saja supaya inspirasi lebih berasa dan kamu dapetin inspirasinya
Sebenernya alasan menerima tawaran buku di filmin itu karena ingin melihat visual dari tulisan yang udah saya buat, sih. Jadi memang kalo untuk menuliskan kita punya imajinasi sendiri ya dan itu masing-masing orang punya visual yang beda. Nah, saya pengen banget ngeliat bagaimana bentuk visual dari tulisan yang saya buat. Dan alasan lain sih, ingin melihat karya yang saya tulis dalam bentuk yang berbeda, dalam medium yang berbeda. Jadi alasannya awalnya itu. Kalo misalnya mengenai cerita yang beda dari novel ke film, itu memang, memang resiko dari adaptasi sebuah buku. Jadi, itu nggak bisa, nggak bisa dihindari. Dan itu karena novel dan film itu medium yang sangat beda, nggak bisa disamain. Jadi itu harus dihadapi dengan santai aja. Dan memang harus beda antara film dan novel yang diadaptasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar