Ada banyak cara untuk memulai langkah menulis novel. Bagi seorang penulis pemula atau penulis berjam terbang tinggi namun belum pernah menulis novel sebelumnya, sebuah panduan yang ringkas seperti yang tertera berikut ini akan sangat membantu. Panduan ringkas ini dinamakan “Tujuh Langkah Emas”, yang terdiri dari tujuh pertanyaan yang harus dijawab dan dijabarkan dengan jelas oleh penulis sebelum memulai menulis draft novelnya.
Tujuh Pertanyaan tersebut adalah:
1. Siapakah tokoh utama yang ingin dikisahkan
2. Apa cita-cita terbesar tokoh utama ini dalam hidupnya? (cita-cita di sini tidak harus berupa jabatan atau pekerjaan; cita-cita juga bisa berupa impian, ambisi, keinginan, yang menjadi motivasi utama si tokoh)
3. Siapa atau apa saja yang menghalangi si tokoh tersebut dalam mewujudkan cita-citanya? (tokoh antagonis atau hambatan lainnya).
4. Bagaimana penulis menceritakan jatuh bangunnya si tokoh dalam memperjuangkan cita-citanya? (ini adalah alur cerita)
5. Peristiwa apa yang menjadi titik balik pemikiran atau jalan hidup si tokoh tersebut?
6. Adegan apa yang dipilih oleh si penulis untuk menggambarkan keberhasilan si tokoh dalam meraih impiannya?
7. Ending dramatik seperti apa yang akan dipilih oleh si penulis bagi tokoh utama tersebut?
Setelah merampungkan jawaban atas tujuh pertanyaan tersebut, maka langkah selanjutnya adalah melakukan tahapan-tahapan penulisan novel. Ada lima tahapan penulisan novel, yakni: pre-writing, drafting, revising, editing & proofreading, dan terakhir adalah publishing.
A. PRE-WRITING
Untuk memulainya (pre-writing), tentukan dahulu tema dan genrenya. Apakah kita hendak menulis fiksi bergenre Romance namun dalam balutan nuansa religius seperti karya Kang Abik? Atau kita hendak menulis tema tentang percintaan remaja dan hubungan keluarga seperti karya Dewi “Dee” Lestari? Tema pendidikan seperti novel Laskar Pelangi? Atau tema sejarah seperti yang ditulis oleh Langit Kresna Hariyadi?
Penting untuk diingat, pilihlan tema yang unik, jangan yang klise.
Contoh tema unik:
seorang gadis yang berusaha menjadi orang lain
Contoh tema klise:
gadis penuh dosa yang kemudian menjadi sholehah.
percintaan seorang anak basket dengan bintang sekolah.
Untuk mencegah agar tidak terjebak klise, pilihlah tema yang unik, karakter tokoh yang tidak biasa, dan pemilihan nama yang unik.
Setelah menentukan tema dan genre, langkah selanjutnya adalah mematangkan karakter dalam novel. Karakter yang unik adalah unsur pembangun yang membuat kisah menjadi hidup. Di sini, sangat penting untuk mempertahankan karakter yang unik dari awal sampai akhir. Karakter-karakter dalam sebuah novel harus konsisten (mind-set/cara berpikir harus sama, bahasa tubuh tidak berubah, reaksi terhadap sesuatu tidak berubah kecuali ada perubahan hebat yang membawa trauma pada sisi psikologis atau fisiknya).
Trik Menciptakan Karakter yang Khas.
Pikirkan nama lima orang yang paling anda ingat (bisa teman, saudara, kerabat, tetangga, atau tokoh)
Tuliskan karakter dari masing-masing orang tersebut (warna dan bentuk rambut, warna kulit, tinggi badan, tiga sifat utama, hobi, acara televisi yang paling disukai, impian atau cita-citanya, warna kesukaannya, makanan kesukaannya, dll)
Ciptakan satu nama untuk tokoh utama, misalnya: Sutet.
Ambil satu karakter dari lima nama tersebut untuk diberikan kepada tokoh Sutet. Misal: dari nama A diambil bentuk rambutnya, dari nama B diambil impian/cita-citanya, dari nama C diambil tiga sifat utamanya, dan seterusnya)
Kini karakter Sutet telah memiliki karakter sendiri yang unik, yang berasal dari campuran karakter lima orang yang anda kenal tersebut. Keunikan karakter si Sutet akan memberi kekuatan pada jalan cerita nantinya.
Setelah merampungkan karakter, langkah selanjutnya adalah merampungkan deskripsi. Deskripsi di sini adalah bentuk lain dari memotret setting cerita. Misalnya, kita memilih setting berupa stasiun kereta api di New York. Deskripsikan suasana di stasiun kereta api tersebut dengan tuntas (suasana dalam stasiun, lorong-lorongnya, loket, bentuk bangunan, jam kereta datang dan berangkat, jam orang berangkat dan pulang kerja dengan menggunakan kereta, dan sebagainya).
Berbeda dengan karakter yang bisa diciptakan seliar mungkin menurut imajinasi penulis, deskripsi harus dikendalikan agar pembaca benar-benar bisa merasa terlibat dalam cerita. Untuk membantu menghidupkan deskripsi, kita bisa mempraktekkan sejumlah gerakan. Misalnya, kita hendak mendeskripsikan suasana pertarungan. Praktekkan gerakan dalam pertarungan tersebut agar diperoleh gambaran yang jelas mengenai adegan pertarungan itu sehingga deskripsinya akan menjadi lebih baik. Contoh penulis yang sangat detil dan teliti untuk soal deskripsi adalah N.H. Dini.
B. DRAFTING
Dalam proses drafting, intinya kita menuliskan apapun hasil imajinasi, observasi dan pengalaman pribadi dalam bentuk tulisan. Jangan memikirkan apakah tulisan itu laku atau tidak, yang penting adalah TULIS DAN SELESAIKAN! Di sini tidak berlaku rumus lebih cepat lebih baik, sebab yang penting adalah tulisan kita menjadi pro pembaca, bukan tulisan yang asal cepat.
Langkah-langkah dalam drafting:
Tulislah ide cerita dalam satu kalimat ringkas.
Kemudian gabungkan dengan jawaban dalam Tujuh Pertanyaan di atas.
Jabarkanlah karakter setiap tokoh (setidaknya tiga tokoh penting)
Mulailah menulis cerita minimal satu paragraf.
Buatlah Opening / pembuka cerita yang menarik. Opening ini penting karena akan menarik perhatian pembaca sejak awal. Contoh Opening yang menarik dalam beberapa novel terkenal misalnya:
Dan Brown : Akhirnya, semua ini tentang bagaimana caranya mati!
Ayu Utami : Begini cara kerja sesuatu yang engkau sebut cinta.
Beatrix Potter : Dia merasa sesuatu yang lezat di benaknya setiap kali memulai
satu tulisan. Sebab dia tidak pernah tahu kemana tulisan itu
akan membawanya.
Tasaro : lelaki itu jatuh cinta kepada cara istrinya menyetrika baju.
Usahakan Opening tidak mudah ditebak arah ending-nya, karena pembaca “suka ditipu”, dan tidak suka jika ending ternyata sama dengan dugaannya.
Selanjutnya, kembangkan kerangka cerita menjadi lima paragraf. Secara bertahap, teruslah menulis hingga naskah selesai. Proses penulisan naskah dari awal hingga selesai sangat bervariasi, tergantung dari waktu dan komitmen menulis dari si penulis.
C. REVISING
Bagian ini untuk merevisi mulai dari kesalahan-kesalahan kecil dari ejaan, tanda baca dan sebagainya hingga revisi yang berkaitan dengan alur cerita, konsistensi penokohan/karakter, dan keseluruhan isi cerita.
D. EDITING & PROOFREADING
Setelah draft naskah pertama selesai, carilah masukan dari beberapa pembaca awal (first readers), misalnya teman, kenalan, keluarga, dan lainnya. Mintalah pendapat jujur mereka mengenai keseluruhan isi naskah dan mintalah mereka untuk menunjukkan kelemahan naskah termasuk kekuatannya. Hal ini penting untuk proses editing naskah hingga benar-benar layak terbit.
E. PUBLISHING
Setelah naskah selesai direvisi dan diedit, carilah penerbit yang potensial atau sesuai dengan jenis naskah novel yang kita punya, pelajari aturan pengiriman naskah, dan siapkan segala sesuatunya.
Umumnya, penerbit menerapkan aturan penulisan naskah sbb: spasi 1.5, huruf jenis Times New Roman, ukuran kertas HVS A4, tebal naskah bervariasi, naskah dilengkapi dengan sinopsis, daftar isi, halaman ucapan terimakasih, dan biografi penulis di bagian akhir. Adakalanya sebuah penerbit hanya menerima naskah dalam bentuk hardcopy/print dan dijilid rapi, sementara penerbit lain membolehkan naskah dikirim dalam bentuk e-file.
Masa tunggu naskah bervariasi antara satu hingga tiga bulan, tergantung dari besar kecilnya penerbit tersebut. Jika masa tunggu sudah terlewati dan belum ada kabar, penulis bisa menghubungi mereka untuk menanyakan kelanjutannya. Adakalanya naskah harus menunggu lama karena suatu hal. Untuk itu, kesabaran sangat diperlukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar