21-23 Maret 2014 kemarin, perhelatan AseanLiteraryFestival digelar di Jakarta.
Berhubung 21 dan 22 Maret saya masih harus di Semarang untuk sharing kepenulisan, walhasil aku baru bisa berangkat Sabtu sore dan tiba di Jakarta Sabtu malam.
Para penulis dari negara-negara anggota Perhimpunan Bangsa Bangsa Asia Tenggara berkumpul dan berbagi ide di ASEAN Literary Festival (ALF) 2014 ini. Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri Esti Handayani mewakili Menteri Luar Negeri membuka festival sastra itu di Taman Ismail Marzuki Jakarta, Jumat malam.
Direktur ALF 2014 Abdul Khalik mengatakan festival ini merupakan sarana untuk menunjukkan apresiasi kepada para penulis sekaligus memperkenalkan mereka kepada publik secara luas. Para penulis dalam acara ini mengutarakan ide-ide soal bagaimana dapat berkontribusi pada masyarakat. ALF 2014 merupakan forum pertama yang mengumpulkan para penulis dari Asia Tenggara.
Gren Alia
Rencana mau bobok bareng Erni Aladjai dari Makasar batal karena dia sekamar dengan April dari Papua. Padahal udah ngebayangin bakalan semalaman ngeruk ilmu dari dia kayak pas aku ngeruk ilmu dari mbak Abidah El Khaliqy waktu itu di Gren Alia. Alhamdulillah, paginya bersisian duduk dengan Erni pas di Writer Corner yang diskusiin tentang Komunitas. Meski masih belum puas, ntar lanjut inbox an lagi kali ya.
Seharian bareng Andy Fuller
Dari pertama ketemu dia memang manis sekali. Hehe. Dari ngobrol tentang buku, event pameran haji di Nederland yang super ramai katanya, tentang uwrf, sampai ngobrolin panel di AseanLiteraryFestival bertiga bareng Laura Schu yang pagi itu jadi chairman di sesinya. Laura sama ramahnya, dia kenalkan ayahnya yang juga datang menemani. Dan Laura janji mengirimkan bukunya tentang kashmir, tengkyu.
Saking manisnya Andy pdku, Mr John mc Glynn sampai ngegodain hayo, ntar istrinya cemburu lho. Walah. Eh sesi ngobrol pagi dan siang masih disambung lagi sorenya usai panel the role of Literary Translation. Random banget ngobrolnya berakhir curhatan, hahah, tapi aku menolak diajak ngopi bareng, kuatir berkelanjutan. Halagh. Yang paling aku inget pas dia nanya, memangnya kalau nulis aja cukup buat biaya hidup? Egh, dia bener banget, dia tahu banget. Dan ini membuatku berpikir keras dan berpikir ulang. Nah nah!
Katrin Bandel yang manis
Sudah lama banget tahu nama Katrin Bandel yang terkenal sebagai seorang kritikus sastra. Tapi baru kesampaian ya di ALF ini. Nggak nyangka kan kalau tulisannya secadas itu tapi asli orangnya seramah ini :)
bahkan kami juga ngobrolin tentang islam, cahaya dan hidayah :D
Laura Schummer yang memandu diskusi "Ethnicity, Religion and Literature" tentang peran sastra dalam mendorong perdamaian dan multikulturalisme bersama pembicara Andy Fuller dan Na Ye (China) ternyata juga banyak riset dan menulis tentang pergulatan muslim di berbagai negara.
Dari beberapa diskusi dengan pembicara antar negara, terungkap betapa besarnya kontribusi penulis dalam masyarakat terutama untuk perjuangan akan keadilan dan kemanusiaan. Di samping itu, disadari juga akan pentingnya untuk menggalakkan penerjemahan karya antar negara ASEAN dan ke dalam bahasa Inggris sehingga bisa menjangkau publik lebih luas.
Pete Lacaba, penulis dan penyair asal Filipina yang hadir sebagai pembicara dan menyampaikan General Lecture dalam gelaran festival, mengungkapkan hal serupa. Menurutnya, setiap penulis sudah seharusnya menyampaikan akan kebenaran dalam setiap karyanya.
dari Asean Literary Festival
Tags
# dian nafi
# festival
sharing kepenulisan
Labels:
dian nafi,
festival,
pameran buku,
sharing,
sharing kepenulisan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar