Dia mungkin tidak ingin keikhlasannya akan tercampur
dengan pujian dan sanjungan yang bisa melenakan. Sehingga dia lebih senang
bersembunyi dari khalayak ramai. Dan aku memegang janjiku untuk tidak
mempopulerkannya di depan umum. Tak banyak orang yang tahu bahwa dialah yang
sesungguhnya berdiri di belakang aku saat diriku hendak jatuh dan terkulai saat
itu. Berada di antara kehidupan yang tak jelas dan kematian yang tak pantas.
Sesungguhnya Tuhan ada di balik ini semua. Jika dia di
belakangku, maka Tuhan ada di belakangnya. Itulah yang senantiasa dia
dengung-dengungkan. Apalah aku ini, katanya. Aku bukan siapa-siapa. Aku sedang
beruntung saja menjadi kepanjangan Tuhan. Jadi di dalam pemikirannya, dia
diutus Tuhan untuk menyelamatkanku yang tengah berada di dalam keputusasaan
kala itu.
Saat aku
berada di persimpangan antara melanjutkan karir yang sesuai dengan background
pendidikanku, ataukah mengerjakan sesuatu baru yang lebih sesuai dengan
passionku, dia bicara. Dan sudah dapat ditebak. Aku mengikuti anjurannya. Meski
seringkali dia bilang bahwa semuanya terserah aku.
Jadilah
hari-hari kami makin saling kait mengkait. Ketergantungan yang bernama apa
saja. Teman, sahabat, ayah, kakak, partner kerja, juga lawan diskusi. Dan
akhirnya rekan duet dalam menulis. Termasuk saat menulis dan menyelesaikan
novel pertamaku.
Alhamdulillah. Kemudian buku-buku
antologiku lahir. Sehingga tak terasa puluhan buah buku antologiku terbit di
berbagai penerbit. Kesuksesan kecil yang kita dapatkan senyata-nyatanya mendorong
kita menemukan kesuksesan-kesuksesan berikutnya.Seiring dengan itu, novel
pertamaku selesai setelah hampir lima bulan mengerjakannya duet dengannya. Dia banyak memacuku untuk terus bersemangat
meski aku seakan berada di dalam menara gading dan rumah salju. Karena kebekuan
komunikasi terutama antara aku dan ibu.
Untungnya dunia maya membebaskan kita
bergerak ke mana saja, berhubungan dengan siapa saja dan akhirnya meluaskan apa
saja. Termasuk pertemuanku dengan partner menulis sekaligus mentorku ini. Kami menulis novel Mayasmara bersama. Sebuah
novel kebaruan karena konsepnya tak biasa, unik dan berbeda baik dari sudut
konsep, ide cerita dan penceritaan. Menulis novel ini banyak menggali kemampuan
menulisku.
“Kamu harus menjadi sesuatu. Untuk
anak-anakmu,” dia terus menerus
menghembuskan udara keberanian.
“Kamu punya potensi. Kamu punya visi.
Dan kamu punya tugas. Ayo kamu bisa, ” begitu terus dia mencecar telingaku
dengan lecutan-lecutan. Seorang sahabat dengan ketulusan memang bisa
membangkitkan tidur kita, menciptakan mimpi-mimpi baru dan membuat kita
terjaga. Lalu meniti tangga kesuksesan dengan dukungan tanpa syarat.
Sehingga setelah istikhoroh, aku
mengambil loncatan yang tak pernah kukira sebelumnya meski jauh di masa lalu
impian ini pernah ada dalam memoriku. Aku menerbitkan novelku sendiri. Langkah
berani yang diambil seorang ibu muda dengan dua anak yang masih suka merajuk.
Semua dikerjakan dari balik laptop di dalam kamar. Senang sekali rasanya
akhirnya create something tanpa harus
meninggalkan anak-anakku.
Dan di sinilah aku. Dan
dia sesungguhnya tak pernah pergi. Dia seolah bayang-bayang yang senantiasa
ada, menjaga dan mengawasiku, selalu siap di sisiku kapan saja aku
membutuhkannya. Belum lagi kutemui orang yang sedemikian tulusnya. Meski aku
beberapa kali mungkin menyakiti hatinya, mengecewakan dan tidak memenuhi
harapannya. Tapi mungkin memang benar, dia melakukannya bukan untukku. Dia
melakukan semua ini karenaNya. Jadi tak peduli aku kadang ingin lepas atau
lari, dia tetap di tempatnya.
Lalu kuketahui dia melakukannya bukan hanya untukku. Dia
dengan tetap menggunakan topengnya di balik hati malaikatnya, melakukan banyak
hal untuk banyak orang. Dia membangkitkan orang-orang yang hampir putus asa
sepertiku waktu itu. Dan membuat orang-orang inipun kebingungan bagaimana
mengucapkan terima kasih, karena dia tidak merasa melakukan apa-apa. Aku hanya
kepanjangan tangan, Dia yang ada di balik semua ini. Begitu katanya selalu.
Jadi diam-diam kami hanya bisa berdoa semoga kebaikan
yang ditanamnya dalam diam ini bertumbuh menjadi pohon kebaikan, kebajikan,
kebijakan yang berlipat ganda buahnya. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar