Racun #1 Memendam Amarah/Kebencian
Apakah
ada seseorang di dalam hidup kita yang menyakiti kita, membohongi kita,
mencampakkan, atau memperlakukan kita dengan kejam dan kita
memendam amarah? Apakah kita merasa marah dan depresi karena semua hal
itu? Pada saat kita dalam kondisi ditekan oleh orang lain, kita memiliki
pilihan yaitu menjadikan diri kita korban atau mengasihani diri sendiri
atau sekedar menerimanya dan move-on. Kemarahan/kebencian
seperti halnya koper yang berat yang kita bawa ke mana-mana, mereka akan
membebani kita. Belajarlah untuk membebaskan diri kita dari kebencian
dan kemarahan.
Tidak
peduli betapa lengahnya kita, betapa egois atau merosotnya hidup yang
dijalani, selalu ada harapan untuk membuat perubahan. Pertama-tama,
maafkan kesalahan kita di masa lalu – ingatlah tidak ada batasan dari
ampunan Allah-karena pintu taubat selalu dibuka.
Hadith Qudsi: “Wahai anak cucu Adam, bilamana dosamu mencapai awan di langit dan kamu memohon ampunan pada-Ku, aku tentu akan memaafkanmu.” (HR Tirmizi)
Maafkan
orangtuamu, pasanganmu, saudaramu, atau siapapun yang pernah membuat
kita merasa sedih. Daripada malah marah-marah, sadari lah bahwa selalu
tersimpan kebijksanaan dari-Nya di dalam apapun yang kita hadapi.
Merupakan hal yang sulit di dalam hidup untuk membentuk kitadan membuat
kita menjadi orang yang lebih kuat. Rangkul lah masa depan dan masa
sekarang agar kita bisa membebaskan diri kita secara utuh.
Siapapun
yang terluka dan memaafkan, Tuhan akan menaikkan statusnya ke derajat
yang tinggi dan menghapuskan salah satu dosanya. (HR Tirmizi)
Seperti
halnya menonton pertandingan antara nafsu (ego) – berjuang lah untuk
melawan kejahatan untuk membersihkan dan memurnikan hati kita.
Atasi keinginan untuk memendam amarah/kebencian/merasakan dendam.
Rasulullah SAW menginspirasi kita dalam sunnah-nya dalam hadits berikut:
“Allah
telah memerintahkanku untuk mempertahankan tali silaturahmi dengan
orang-orang yang telah memutus tali silaturahmi denganku, untuk memberi
kepada mereka yang menjauh dariku, dan memafkan kepada orang-orang yang
menindasku.”
Rasulullah
dengan para sahabat telah melampaui altruism. Mereka memiliki kemurahan
hati yang tidak terukur kepada orang-orang yang telah menyiksa mereka
dan mereka memaafkan dan memberikan kebaikan kepada para penindas yang
terburuk. Esensi dari rasa maaf yang sesungguhnya adalah melupakan.
Tidak mengungkit-ungkit kesalahan masa lalu seseorang merupakan hal yang
paling bermartabat dan dewasa yang bisa kita lakukan.
Coba
pikirkan tentang seseorang yang telah dijanjikan surga karena dia
memaafkan setiap orang sebelum tidurnya – betapa mudahnya hal itu? Tidak
butuh biaya apapun, dan tidak butuh pula usaha. Kita hanya butuh
keputusan untuk meaafkan.
Racun #2 Kemarahan
Kemarahan
adalah emosi natural manusia yang bisa memotivasi diri kita untuk
melaksanakan sebuah tindakan. Jika kemarahan tidak disalurkan secara
benar, kemarahan mampu membawa kita pada masalah kesehatan dan
psikologis yang serius, kekerasan, dan bahkan perpecahan. Belajarlah
untuk mengontrol kemarahan kita atau kemarahan kita akan mengontrol
kita.
Rasulullah
SAW bersabda, “Orang kuat bukanlah orang yang memiliki kekuatan fisik
yang kuat, tetapi orang yang mampu mengontrol amarahnya.” (HR Bukhari)
Beberapa
hal biasanya dikaitkan dengan rasa marah. Pada saat kita menerima nasib
kita dan menyadari bahwa apa yang telah terjadi pada diri kita sekarang
adalah hal yang terbaik yang kita terima, maka dari itu kita akan mudah
mengontrol kemarahan kita. Hal dan unsur yang terpenting dalam menahan
dan menghadapi kemarahan kita adalah memiliki kepemimpinan secara
emosional dan bersikap dewasa setiap saat. Akan sangat mudah dan kritis
untuk sebuah kemarahan mengambil alih peraasan kita dan berhentilah
untuk menyalahkan orang lain. Kita sendiri lah yang memiliki kekuatan
untuk memutuskan marah atau tidak. Jika kita memiliki daftar
panjang orang-orang yang mudah membuat kita marah – mulailah untuk tidak
menunjukan rasa sensitif kita terhadap orang yang mudah menekan amarah
kita.
Saat
Rasulullah SAW ditanya soal nasihat, Rasulullah bersabda, “Jangan
marah!” sampai tiga kali. Alasan Beliau menekankan agar orang-orang
tidak cepat marah adalah karena kemarahan akan membawa kita kepada
banyak masalah dan juga dosa. Pada saat seseorang marah, mereka akan
mudah menyakiti perasaan orang lain, bergosip, menyakiti seseorang
secara fisik, atau berperilaku secara merusak. Cara terbaik untuk
mencegah marah adalah berhenti sejenak, ambil napas dalam-dalam, dan
buatlah afirmasi positif pada saat kita berucap istighfar (meminta
maaf).
Racun #3 Kecemasan
Bahaya
dari merasakan kecemasan adalah saat rasa cemas tersebut mengonsumsi
diri kita dan membuat kita terlarut di dalamnya. Pada saat seseorang
terlarut dalam kecemasan, mereka akan sulit fokus, tidak merasa damai,
atau kehilangan kepercayaan di dalam hati mereka masing-masing.
Kecemasan dapat mempengaruhi keimanan seseorang dan produktivitas
seseorang. Banyak kejadian orang merasa digerakan secara tidak sadar
pada saat mereka merasakan kecemaasn. Banyak orang hidup dalam
penyesalan masa lalu atau kekhawatiran akan masa depan yang pada
akhirnya menciptakan kecemasan yang berlebihan. Satu-satunya cara untuk
mencegah kecemasan adalah untuk hidup di masa sekarang. Jika kita fokus
pada masa sekarang tanpa mengkhawatirkan masa lalu maupun masa depan,
maka kita akan mulai merasakan nikmatnya hidup dan arti dari kehidupan.
Untuk mencapainya, kita harus selalu senantiasa percaya bahwa Allah Maha
Bijaksana. Apapun yang Allah kehendaki memiliki pelajaran, dan kita
harus percaya pada Allah dan menerima takdir kita, dan Insya Allah kita
akan dihilangkan oleh perasaan cemas. Ambil kontrol pada apa yang hendak
kita ucapkan kepada diri kita sendiri, karena saat kita berbicara pada
diri sendiri kita dapat membantu diri kita untuk mencapai kedamaian atau
malah membawa kita pada kecemasan yang mendera. Daripada bicara, “Oh
tidak, aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan,” katakanlah, “Aku tahu
apapun akan bekerja dengan sangat baik dan aku mampu mengatasinya, Insya
Allah.”
Saya
memiliki seorang klien yang memiliki disorder kecemasan yang akut, dan
orang lain yang memiliki ketakutan dan telah belajar bagaimana mengatasi
kecemasan mereka dan menjalani hidup yang damai. Beberapa orang
mengatakan: semua hal itu ada di dalam kepalamu—jika kita berpikri akan
kehilangan sesuatu itu, kita akan kehilangannya, dan jika kita belajar
untuk mengontrol dan tetap tenang, kita akan dijaga dan dapat menghadapi
segala macam musibah. Cara paling baik adalah untuk menenangkan hati
kita dan mencari pertolongan Allah dengan cara berdoa agar lebih
bersabar.
Jadikanlah
sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu
sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu. (QS Al-Baqoroh 2:45)
Racun #4 Rasa Depresi
Kebanyakan
orang merasa depresi karena beberapa hal tidak bekerja sesuai dengan
apa yang mereka rencanakan. Mereka akan merasa tidak berdaya dan tidak
ada harapan untuk mengambil kontrol dalam kehidupan mereka. Jika
seseorang terlibat dalam perasaan depresi, mereka akan larut dalam
kesedihan, rasa putus asa, dan apati. Mereka kebanyakan justru jadi
tidak mampu melaksanakan apapun untuk mereka sendiri dan mereka tidak
mampu untuk berkonstribusi pada masyarakat. Depresi mengambil kontrol
dalam kehidupan seseorang dan membuat mereka tidak produktif dalam
berbagai cara.
Kebanyakan
klien saya merasa deperesi dan cara saya membantu mereka adalah dengan
cara fokus pada banyaknya anugrah yang diterima dan menambahkan rasa
bersyukur dalam keseharian mereka. Pada saat mereka mulai merasa
bersyukur, saya mengajarkan mereka cara untuk menerima keberadaan
mereka. Tidak peduli betapa sulitnya situasi yang dihadapi, saya memberi
tahu mereka bahwa ini hanyalah ujian dan mereka harus lah menerimanya
untuk lulus dari ujian tersebut.
Cara
paling baik untuk menghalau deperesi adalah untuk memaksakan diri kita
ke dalam sebuah aktivitas bahkan pada saat kita tidak memerlukannya.
Bergaul dengan teman, olahraga setiap hari, dan mengisi kelas. Cara-cara
ini menjamin kita untuk menghindari spiral depresi. Cara tercepat untuk
menghadapi depresi adalah dengan cara membantu mereka yang memerlukan.
Semakin sering dan semakin banyak kita terlibat dalam membantu
orang-orang yang kurang beruntung, kita akan semakin bersyukur pada
hidup kita.
Racun #5 Rasa Pesimis
Jika
kita memilih untuk menatap hidup kita dari kacamata pesimisme, semuanya
akan mencegah kita dalam menghargai setiap nikmat yang kita dapatkan
dan membuat kita menjadi seorang pengkomplain yang kronis, yang pada
akhirnya akan membuat kita dan orang-orang di sekitar kita merasa
sengsara. Pada saat kita menjadi seorang yang pesimis, kita akan mulai
mencari kesalahan dari apapun dan siapapun, kita akan kehilangan harapan
dan tidak antusias terhadap masa depan. Seorang yang beriman akan
merasa optimis karena mereka percaya kekuatan dari Sang Pencipta dan
segala hal diatur secara baik. Mereka tidak akan mempertanyakan masa
lalu dan masa sekarang, karena mereka tahu Allah Yang Maha Bijaksana
tidak akan membiarkan kita tersiksa. Selalu cari apapun yang baik untuk
situasi kita dan perbaikiliah pola pikir kita dan carilah makna dari
setiap peristiwa.
Rasulullah
bersabda, “Betapa luar biasanya orang-orang yang beriman, apapun yang
menimpa mereka adalah kebaikan, dan hal ini tidak berlaku pada orang
lain kecuali orang yang beriman. Jika ada sesuatu yang baik menimpa
mereka, mereka akan bersyukur hal tersebut adalah baik untuk mereka. Dan
jika ada keburukan yang menimpa mereka, mereka akan tetap bertahan
dengan kesabaran dan hal tersebut adalah baik untuk mereka.” (HR Muslim)
Racun #6 Kecemburuan
Pada
saat kita merasakan kecemburuan, akan ada api yang membakar hati kita
sehingga menghalangi kita dari perasaan damai dan puas. Yang menjadi
permasalahan dalam kecemburuan adalah pada saat kita mulai membandingkan
diri kita dengan orang lain. Perbandingan ini akan membawamu dalam
perasaan yang tidak pernah berkecukupan, merasa tidak menarik, miskin,
merasa tidak beruntung, dan sedih. Siapapun yang merasakan kecemburuan
tidak akan mengerti konsep qadr. Allah adalah satu-satunya yang
membagikan kekayaan, kesehatan, status, dan apapun; tetapi jika kita
merasa kecemburuan dan berharap diri kita mendapatkan hal-hal yang lebih
dari orang yang kita cemburui, maka dari itu secara tersirat kita
merasa lebih dari Allah SWT. Tidak ada seorang pun yang memiliki hak
untuk mempertanyakan dan meragukan Allah, tetapi jika kita terus menerus
mengeluh dan berpikir itu tidak adil, maka kita justru tengah
mempertanyakan dan meragukan Allah.
Kecemburuan
adalah penyakit hati yang harus kita atasi. Fokus pada banyaknya
anugrah yang kita dapatkan dan berhentilah membandingkan diri kita
dengan orang lain. Orang-orang yang harus kta bandingkan adalah orang
yang lebih buruk keadaannya dari diri kita sehingga kita bisa mengisi
hati kita dengan rasa bersyukur.
Dan
(ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS
Ibrahin 14:7)
Pahami
lah bahwa setiap anugrah pun adalah ujian. Pada saat kita merasa tidak
memiliki sesuatu, bisa jadi justru itu adalah tanda kasih sayang Allah
SWT. Mulai lah menunjukan rasa bersyukur dari apa yang belum kita
miliki, karena bisa jadi jika kita sudah memilikinya… kita malah justru
membangkang.
Racun #7 Rendah Diri
Rendah
diri dapat mempengaruhi hidup kita dengan cukup dahsyat. Jika kita
tidak merasa baik tentang diri kita sendiri, kita akan merasa depresi
dan kita tidak akan dapat mencapai tujuan kita. Terkadang kita bisa
menjadi orang yang mengkritisi diri kita sendiri secara keras. Mulai
meminimalisir pikiran-pikiran yang merusak. Setiap orang berbicara pada
diri mereka sendiri sebanyak 600 kata semenitnya dan 85%nya negatif.
Berikan pikiranmu sesuatu yang baik, perbaiki lah. Mulai lah berpikir
positif dan kelilingi dirimu sendiri dengan orang-orang positif.
Persembahkan dirimu dengan banyak kesempatan untuk mendapatkan
pencapaian-pencapaian kecil dan merayakan kesuksesan.
Racun #8 Judgemental
Menghakimi
orang lain bisa menjadi cara paling cepat untuk menjauhkan seseorang
dari kita dan membuat sebuah jarak. Setiap kali kita melihat seseorang
dari kacamata yang menghakimi, seperti mengevaluasi komitmen seseorang,
cara berpakaian orang lain, bagaimana cara seseorang memilih model hijab
dan aktivitas yang digelutinya, akan menciptakan sebuah pembatas.
Seseorang yang kita hakimi tentunya akan sangat menolak apa yang kita
ungkapkan dan mereka akan memberikan emosi negatif mengenai diri kita
dan Islam. Cara efektif untuk merepresentasikan Islam adalah dengan cara
menerima dan tidak menghakimi orang. Jangan lihat cloning spiritual
diri kita dan melabelkan orang lain pecundang. Berusahalah
sebaik-baiknya untuk menerima dan bertoleransi pada semua orang.
Sayangnya,
semakin seseorang menjadi religius, justru membuat mereka semakin
kritis dan menghakimi. Sangat memalukan dan menyedihkan jika kita merasa
sombong karena merasa lebih religius daripada orang lain. Padahal
menjadikanmu religius adalah bentuk kasih sayangnya karena membiarkan
kita berada di jalan yang benar, dan Allah dapat mencabut semuanya dari
dirimu secara instan jika kita terus melihat seseorang lebuih rendah dan
bahkan membuat mereka akan jauh dari Islam dengan cara-cara kita yang
kasar dalam menghakimi seseorang.
Racun #9 Berhubungan dengan Racun
Ada
beberapa orang yang berhubungan dengan kita yang bisa menjadi racun
untuk hidup kita. Orang-orang ini biasanya pesimis, tidak pedulian, atau
benar-benar tidak memiliki tujuan dalam hidup mereka. Semakin sering
menghabiskan waktu berasma orang-orang seperti ini, pelan-pelan kita
akan terpengaruh oleh racun mereka dan terinfeksi seluruhnya. Cobalah
hindari mereka dan batasi waktu untuk bergaul dengan mereka. Atau
seimbangkan pengaruh negatif dari mereka dengan menyempatkan diri
bergaul dengan orang-orang positif dan berkomitmen dalam hidup mereka.
Jika orang-orang seperti ini adalah anggotal keluarga kita, cobalah
untuk memahami bahwa ada kebijakan hidup mersama mereka dan batasi waktu
bersama mereka tanpa harus menghindari mereka.
Racun #10 Kebencian
Jika kita memiliki racun di dalam hati kita, sebaiknya bersihkan perasaan-perasaan itu di Ramadhan.
Menyimpan perasaan benci akan mengeluarkan racun dalam diri kita,
membunuh semangat, dan membuat kita menjadi orang yang sinis. Pahami
alasan di balik kebencian kita dan berusahalah sebisa mungkin untuk
mengatasi perasaan kebencian ini dengan menerima takdir kita dan percaya
pada rencana-rencana Allah. Ingatlah, pada saat kebencian mereda, di
sana lah penyembuhan dimulai. Isi lah hati kita dengan cinta dan berdoa
pada orang-orang yang tidak disukai agar kita mendapatkan hati yang
lembut dan pahala.
Jadikanlah hal-hal ini sebagai tujuan pada Ramadhan,
singkirkan racun-racun tersebut dengan melakukan detox emosional
sehingga hati kita akan benar-benar bersih dan siap untuk menghadapi
sisa tahun ini. Jika kita berusaha untuk menyingkirkan racun dari salah
satu racun tersebut, kita akan memperbaiki diri kita lebih baik
keseluruhan secara spiritual dan emosional selama kita terus memperbaiki
hubungan kita dengan orang-orang, Insya Allah.
(diterjemahkan dari http://muslimmatters.org/2013/08/04/emotional-detox-during-ramadan/)
sumber : http://syaamilquran.com/detoksifikasi-emosional-selama-ramadhan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar