Look closer and make yourself being amazed.
Yang sebenarnya aku ingin cerita tentang bangunan Pasar Bulu yang akhirnya dirubuhkan, padahal dia jelas-jelas merupakan bangunan lama yang layak dikonservasi dan preservasi. Kenapa Pasar Bulu? Karena selama hampir empat tahun aku tinggal berseberangan dengan pasar itu. Pagiku selalu ke sana untuk cari sarapan (biasanya lontong sate), siangnya sih cukup santap manyung saja, malamnya kadang cari nasi kucing atau kikil bareng (alm) bapak.
Atau sebenarnya aku bisa saja cerita tentang gereja Blenduk dan Marba yang memang the legend itu. Karena bersama teman-teman jaman kuliah arsitektur, kami kerap kali datang ke kota lama untuk memotret, mengamati dan membuat sketch bangunan-bangunan keren ini.
But,
karena kerangkanya kita sedang bicara tentang konservasi dan preservasi bangunan lama dan bersejarah, aku ingin bercerita tentang pengalaman dan persinggunganku dengan sebuah bangunan kuno yang berdiri tegak di sepanjang tepian sungai mberok. Ini dia bangunannya, cekidot :
Keren banget kaaaaaan?
Bangunan bergaya Eropa dengan tambahan dua menara di samping kiri dan kanan bangunan ini dibangun pada awal XIX dan digunakan untuk NV CULTUUR MAATSCHAPIPIJ DER VORSTENLANDEN yaitu perusahaan Belanda yang bergerak di bidang perkebunan dan pertanian. Perusahaan ini membuka cabang di Semarang pada tahun 1888. Pendirian perusahaan ini berkaitan dengan sejarah tanam paksa (Cultur Stelsel) di Hindia Belanda.
Dosen STUPA (Studio Perancangan Arsitektur) waktu itu menyuruh kami berduet dengan teman lain untuk mengunjungi, riset, membuat sketsa sekaligus membuat studi proporsi dan komposisinya yang menjadikan bangunan ini demikian indah dan menakjubkan.
Aku dan Cecil mengunjungi tempat ini berkali-kali, melakukan pengukuran langsung di lapangan, memotretnya dari berbagai sudut, sampai detail-detail fasade ataupun interiornya, membuat sketsanya dst dsb. Pokoknya kami berinteraksi dengan bangunan ini, dari mengenal, dekat, intim sampai dengan bercinta dengannya. Bahkan aku dan Cecil sampai-sampai mengamatinya juga dari Bangunan Departemen Keuangan yang ada di seberangnya, naik ke lantai empat atau berapa gitu (aku lupa) untuk mengamati serta memotretnya dari angle yang berbeda. Dan dia tetap cantik, dari manapun.
Sampai akhirnya aku dan Cecil mengerjakan studi, sketsa, gambar juga maket bangunan ini bermalam-malam, lembur-lembur sambil ditemani lagu-lagu 60-an yang memang masterpieces semua (aaaaakkk..kayaknya belum ada yang ngalahin lagu-lagu sixties)
Dus, karya yang kami kerjakan dengan penuh kecintaan atas bangunan inipun mendapat nilai AB. Senengnyaaaa....hari-hari tidak mandi dan jarang makan gegara lembur pun terbayar (halagh)
See? Dengan melihat lebih dekat, kita akan (lebih) takjub, lalu datanglah cinta dan pasti akan merasa sayang jika yang menakjubkan dan kita cintai itu dikepras, dipotong dan dihancurkan seperti yang sudah kadung terjadi, pasar bulu..hiks...
Yuk, kita kenali, dekati, jatuh cintai dan sayangi bangunan-bangunan indah ini!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar