Islam sebagaimana ajarannya mengajarkan kebaikan dan perdamaian. Dengan kata lain Islam adalah Rahmatan lil 'alamin. Namun, seiring berkembangnya zaman, Islam kini diidentikkan dengan hal-hal yang berbau negatif. Ini bisa dilihat dari banyaknya kasus-kasus yang ada. Korupsi berjamaah yang terjadi, pasti pelakunya muslim. Banyaknya orang miskin, pasti pelakunya muslim. Kekerasan disana sini, pasti pelakunya muslim. Dan sederet berita lainnya yang bisa dipastikan pelakunya muslim.
Bila kita mencermati peristiwa yang terjadi, maka ujung dari solusinya pasti lari ke diri kita sendiri. Kita tidak mungkin menyalahkan pemerintah karena sistem yang membuat mereka korupsi, sedangkan kita nya suka nitip absen pada teman atau datang telat. Ataukah menyalahkan pemerintah karena tak becus menangani kurikulum, lantas kita nya memang malas belajar. Alhasil, semua lari ke diri kita sendiri. Pertanyaannya, bagaimana kita menyadarinya?
Awy A Qolawun dalam bukunya Generasi Copy Paste menawarkan berbagai cerita yang membuat kita tersentak. Beberapa cerita mungkin membuat tertawa, namun sebenarnya tawaan itu justru untuk kita. Buku ini sangat mudah dicerna bagi siapa saja. Melalui buku ini juga, kita bisa menyikapi peristiwa yang ada dengan cara yang arif.
Dalam satu cerita yang diberi judul 'Mencabuti Bulu Ketiak di Depan Umum', Awy sangat piawai mengundang tawa juga hikmah. Ia berusaha merespon realita yang kini tidak dibenarkan secara syariat. Hal-hal yang dulu dianggap tabu, bahkan tercela dan sangat aib. Kini menjadi sangat biasa sekali. Seolah tak ada apa-apa (halaman 10).
Cerita lain yang diberi judul 'Cantik-Cantik Kentutan' juga sangat menarik. Awy menceritakan bagaimana Abdurrohman Hatim bin Yusuf bin Ulwan mendapat gelar tuli. Ketika Hatim kerja di toko sebagai pedagang, seorang gadis cantik datang membeli. Tanpa disengaja, gadis itu kentut. Namun, menanggapi perubahan raut wajah gadis itu, Hatim pura-pura tidak mendengar. Legalah hati gadis tadi. Kisah ini setidaknya mempunyai beberapa pelajaran. Diantaranya yakni bagaimana toleransi dan cara beliau menjaga perasaan orang lain. Harus kita akui, kerap kita bertindak mendahulukan ego tanpa menjaga perasaan (halaman 14).
Secara umum, Awy ingin menyampaikan bahwa seorang muslim yang baik adalah
- memiliki daya juang tinggi, tidak takut akan kegagalan dan laksana baja (halaman 7),
- tidak memandang asing suatu kebaikan (halaman 11),
- bisa membedakan antara kekerasan dan ketegasan (halaman 18),
- berperilaku jujur (halaman 21),
- memperhatikan umat ketika memimpin (halaman 25),
- membenahi kesalahan dan mengembalikan sesuatu yang bukan haknya (halaman 33),
- merenungi kematian agar termotivasi untuk mengerahkan dan segenap talentanya demi kebaikan dirinya dan umat (halaman 26),
- membiasakan diri membaca al-Quran (halaman 41),
- menjaga hubungan interaksi dengan masyarakat sekitar. Dan tak hanya sekedar ibadah saja (halaman 45),
- memiliki kepekaan dengan khidmah, sehingga menghancurkan segala arogansi dan egois (halaman 60),
- tidak bergantung pada orang lain agar dapat menuju kedewasaan berpikir dan senantiasa produktif (halaman 63),
- tidak membiarkan hawa nafsu mengekang kita (halaman 72),
- senantiasa mengoreksi iman agar hidup kita lebih baik dari hari yang kemarin (halaman 75),
- tetap bersatu dan jangan tercerai berai (halaman 90),
- ruh dan jiwa tidak putus kontak dengan Allah Ta'ala (halaman 96),
- mentafakkuri diri ketika ada fenomena-fenomena alam (halaman 99),
- tidak menodai nama agung Islam (halaman 103),
- membenahi kualitas ibadah (halaman 106),
- memperluas cakrawala keilmuan dan wawasannya agar hati semakin lapang dan memaklumi setiap perbedaan (halaman 124).
Pada akhrnya, Awy menegaskan sebelum menyalahan orang lain, ada baiknya kita meneliti terlebih dahulu diri kita sendiri (halaman 137). Kisah-kisah dalam buku ini sangat memotivasi kita agar kita menjadi pribadi muslim yang baik. Selamat membaca!
sumber : http://hidayatmuh.blogspot.com/2014/12/mengevaluasi-diri-lewat-kisah.html
Silakan teman-teman lain yang ingin mengikuti lomba resensi Generasi Copy Paste, kirimkan ke hasfapublishing@yahoo.com dengan subject: Resensi GCP. Deadline 30 Desember 2014
Buku Generasi Copy Paste bisa teman-teman dapatkan di toko buku terdekat atau bisa via sms/wa 085701591957. tulis nama/alamat/jumlah/judul buku
***
Buat kamu yang kepengin dapetin buku ini gratis, ikutan giveaway-nya yuk.
Caranya, follow twitter @ummihasfa.
Jawab pertanyaan ini, "Apa kekhawatiran dan harapanmu akan generasi sekarang dan yang akan datang?" Jawab di kolom komenter postingan ini dengan menyertakan nama akun twitter-mu.
Caranya, follow twitter @ummihasfa.
Jawab pertanyaan ini, "Apa kekhawatiran dan harapanmu akan generasi sekarang dan yang akan datang?" Jawab di kolom komenter postingan ini dengan menyertakan nama akun twitter-mu.
Giveaway ini berlangsung dari tanggal 9 sampai tanggal 16 Februari 2015. Pengumuman pemenang tanggal 20 di akun twitter saya @ummihasfa jam 8 malam.
Nama : Sofhy Haisyah
BalasHapusTwitter : @Sofhy_Haisyah
Kekahawatiran dan Harapan untuk generasi sekarang dan yang akan datang.
Untuk kekhawatiran sendiri, aku melihat jika generasi sekarang ini semuanya terlalu pintar. Saking pintarnya, untuk memberikan komentar balik untuk materi yang kurang penting saja tak afdol jika tidak menyisipkan kata tolol, bodoh, bego, dsb. Untuk generasi yang akan datang, saya rasa kekhawatirannya tetap sama.
Lalu untuk harapan. Aku berharap generasi yang akan datang bisa menjadi pribadi yang berpola pikir bijak. Memberitahukan sesuatu untuk kebaikan jelas sangat boleh, berdiskusi dan menyampaikan pendapat jika tidak sesuai juga boleh. Tapi, mengintimidasi seseorang yang ingin belajar berpendapat dengan menyebut mereka bodoh, tolol, dsb, saya rasa sedikit keterlaluan.
terima kasih Sofy :)
Hapus