Meng-Qurankan Hati
Subhanallah, selama beberapa hari ini telinga kami dielus dengan bacaan Alquran yang dikumandangkan para tahfidz di masjid Agung Demak.
Memang dalam rangka haul Raden Fatah dan Hari Jadi Kota Demak, digelar berbagai acara yang berlangsung selama hampir sebulan. Dari beberapa kali jalan sehat dengan doorprize yang menarik, kirab budaya, tahtiman Alquran baik binnadhor dan bilghoib, ziarah makam sampai dengan pengajian bersama Habib Luthfi nanti malam, juga beberapa kali burdah dengan beberapa komunitas/jamaah yang berbeda di tiap akhir pekannya.
Kota kecil kami juga dihias dengan lebih indah dengan lampu kerlap-kerlip di pepohonan yang berjajar di pinggir jalan, umbul-umbul warna-warni yang menjulang tinggi dan melengkung seperti tangan dan jemari yang melambai-lambai saat tertiup angin.
Kembali pada lantunan Alquran yang saat ini masih terdengar di sekitar masjid Agung, aku jadi ingat catatan yang pernah kujanjikan waktu itu.
Menarik sekali yang disampaikan oleh Yai Ulil Albab Arwani waktu itu(ketika kami ikut baiat sebagai pengajar Alquran), tentang bagaimana mengQurankan hati. dan tentu saja pemikiran, sikap dan perilaku kita.
Karena bisa jadi kadang mereka yang konon penghafal Alquran malah belum tentu mengqurankan hatinya. sebaliknya mereka yang mungkin awam dan masih belajar, terus menerus berupaya makin mendekatkan sikap, pemikiran, perilaku dan hatinya agar sesuai dengan Alquran.
Bagaimana dengan kita?
Meng-Qurankan Hati
Tags
# agama
# relijius
spiritualisme
Labels:
agama,
relijius,
spiritualisme
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar