Awal April 2008 dini hari di tol Cikampek.
Aku tidur di jok belakang. Lelah karena Sabtu siang
berkendara dalam hujan pulang pergi Wonosobo memberitahu mandor yang akan kami
ajak ke Jakarta malam ini.
Saiful menyetir dengan kecepatan tinggi seperti biasa.
Hafidz mengingatkannya untuk tidak mengantuk.
Ini perjalanan keduaku ke Jakarta
minggu ini. Rabu lalu istri dan kedua anakku iku. Istriku arsitek yang menjadi
corong ketemu klien kami pada saat aanwisjing. Kali ini ia tidak ikut karena
proyek di Semarang membutuhkan dirinya beberapa hari ke depan.
Kantuk yang semakin berat membuatku terlelap.
Sebuah truk container batu bara meluncur dari arah depan,
melewati parit yang menjadi pembatas antara jalur dari dan ke arah Jakarta.
Melompati parit itu dan menabrak kijang yang kami tumpangi. Saiful tak bisa
menghindarinya.
Aku terpental dari jok belakang, jatuh ke dekat kaki Hafid di
jok depan. Masih dalam keadaan tidur, aku berpindah alam. Kulihat wajah Hafid
yang pucat melihat dan menyadari bahwa aku langsung meninggal seketika.
Mobil kijang hancur, keempat penumpangnya luka berat. Orang
kelimanya, aku, hanya luka ringan. Sedikit gores di kening namun darah mengalir
dari tengkuk belakangku.
Namun hanya aku yang mati.
Aku tak sabar bertemu istriku. Aku mencintaimu. Maaf belum
sempat kuucapkan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar