Banyak orang menyebut Lailatul Qadar adalah malam seribu bulan, namun kurang bisa menjelaskan rincian detailnya. Nah dikutip dari tokoh Islam Quraish Shihab, kata Qadar sesuai penggunaanya dalam ayat-ayat Al-Qur’an memiliki tiga makna antara lain:
- Malam penetapan Allah bagi perjalanan hidup manusia
- Malam penuh kemuliaan
- Malam sempit
KENALI TANDA-TANDA LAILATUL QODAR DENGAN BAIK
Nabi Muhammad SAW mengkhabarkan kepada kita di beberapa sabda beliau tentang tanda-tanda lailatul qadar, yaitu:
1. Udara dan suasana pagi yang tenang Ibnu Abbas radliyallahu’anhu berkata: Rasulullah shallahu’alaihi wa
sallam bersabda: “Lailatul qadar adalah malam tentram dan tenang, tidak terlalu panas dan tidak pula terlalu
dingin, esok paginya sang surya terbit dengan sinar lemah berwarna merah” (Hadist Hasan)
Angin dalam keadaan tenang pada malam Lailatul Qodar, tidak berhembus kencang (tidak ada badai) dan tidak ada guntur. Hal ini berdasarkan hadits dari shohabat Jabir bin Abdillah sesungguhnya Rosululloh bersabda (yang artinya),
“Sesungguhnya Aku melihat Lailatul-Qodar kemudian dilupakannya, Lailatul-Qodar turun pada 10 akhir (bulan
Romadlon) yaitu malam yang terang, tidak dingin dan tidak panas serta tidak turun hujan”.
(HR. Ibnu Khuzaimah no.2190 dan Ibnu Hibban no.3688 dan dishohihkan oleh keduanya).
Kemudian, hadits dari shohabat ‘Ubadah bin Shomit sesungguhnya Rosululloh bersabda (yang artinya)
“Sesungguhnya alamat Lailatul- Qodar adalah malam yang cerah dan terang seakan-akan nampak
di dalamnya bulan bersinar terang, tetap dan tenang, tidak dingin dan tidak panas. Haram bagi bintang-bintang melempar pada malam itu sampai waktu subuh. Sesungguhnya termasuk dari tandanya adalah matahari terbit
pada pagi harinya dalam keadaan tegak lurus, tidak tersebar sinarnya seperti bulan pada malam purnama, haram bagi
syaithon keluar bersamanya (terbitnya matahari) pada hari itu”.
(HR. Ahmad 5/324, Al-Haitsamy 3/175 dia berkata : perawinya tsiqoh)
sallam bersabda: “Lailatul qadar adalah malam tentram dan tenang, tidak terlalu panas dan tidak pula terlalu
dingin, esok paginya sang surya terbit dengan sinar lemah berwarna merah” (Hadist Hasan)
Angin dalam keadaan tenang pada malam Lailatul Qodar, tidak berhembus kencang (tidak ada badai) dan tidak ada guntur. Hal ini berdasarkan hadits dari shohabat Jabir bin Abdillah sesungguhnya Rosululloh bersabda (yang artinya),
“Sesungguhnya Aku melihat Lailatul-Qodar kemudian dilupakannya, Lailatul-Qodar turun pada 10 akhir (bulan
Romadlon) yaitu malam yang terang, tidak dingin dan tidak panas serta tidak turun hujan”.
(HR. Ibnu Khuzaimah no.2190 dan Ibnu Hibban no.3688 dan dishohihkan oleh keduanya).
Kemudian, hadits dari shohabat ‘Ubadah bin Shomit sesungguhnya Rosululloh bersabda (yang artinya)
“Sesungguhnya alamat Lailatul- Qodar adalah malam yang cerah dan terang seakan-akan nampak
di dalamnya bulan bersinar terang, tetap dan tenang, tidak dingin dan tidak panas. Haram bagi bintang-bintang melempar pada malam itu sampai waktu subuh. Sesungguhnya termasuk dari tandanya adalah matahari terbit
pada pagi harinya dalam keadaan tegak lurus, tidak tersebar sinarnya seperti bulan pada malam purnama, haram bagi
syaithon keluar bersamanya (terbitnya matahari) pada hari itu”.
(HR. Ahmad 5/324, Al-Haitsamy 3/175 dia berkata : perawinya tsiqoh)
2. Cahaya mentari lemah, cerah tak bersinar kuat keesokannya
Dari Ubay bin Ka’ab radliyallahu’anhu, bahwasanya Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam bersabda:
“Keesokan hari malam lailatul qadar matahari terbit hingga tinggi tanpa sinar bak nampan” (HR Muslim)
“Keesokan hari malam lailatul qadar matahari terbit hingga tinggi tanpa sinar bak nampan” (HR Muslim)
3. Terkadang terbawa dalam mimpi Seperti yang terkadang dialami oleh sebagian sahabat Nabi radliyallahu’anhum.
4. Bulan nampak separuh bulatan Abu Hurairoh radliyallahu’anhu pernah bertutur: Kami pernah berdiskusi tentang lailatul qadar di sisi Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam, beliau berkata, “Siapakah dari kalian yang masih
ingat tatkala bulan muncul, yang berukuran separuh nampan.” (HR. Muslim)
ingat tatkala bulan muncul, yang berukuran separuh nampan.” (HR. Muslim)
5. Malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan)
Sebagaimana sebuah hadits, dari Watsilah bin al-Asqo’ dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam:
“Lailatul qadar adalah malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan)”
(HR. at-Thobroni dalam al-Mu’jam al-Kabir 22/59 dengan sanad hasan)
Sebagaimana sebuah hadits, dari Watsilah bin al-Asqo’ dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam:
“Lailatul qadar adalah malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan)”
(HR. at-Thobroni dalam al-Mu’jam al-Kabir 22/59 dengan sanad hasan)
6. Orang yang beribadah pada malam tersebut merasakan lezatnya ibadah, ketenangan hati dan kenikmatan bermunajat kepada Rabb-nya tidak seperti malam-malam lainnya.
Hujjatul Islam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad at-Thusi al-Ghazali yang dikenal dengan sebutan Imam Al-Ghazali, beliau memberikan jawaban yang jelas dan gamblang, bahwa sebenarnya Lailatul Qadr dapat
diketahui dari hari awal bulan puasa Ramadhan itu di mulai.
Kemudian beliau menuturkan : “Jika awal bulan Ramadhan dimulai hari Ahad atau Rabu, maka Lailatul Qadr jatuh pada malam 29 Ramadhan. Jika awal bulan Ramadhan hari Senin, maka ia jatuh pada malam 21 Ramadhan. Jika awal Ramadhan hari Selasa atau Jum’at, maka ia jatuh pada malam 27 Ramadhan, dan jika awal Ramadhan hari
Kamis maka ia jatuh pada malam 25 Ramadhan dan jika awal Ramadhan hari Sabtu maka ia jatuh pada malam 23 Ramadhan”.
(Hasyiah Jamal Ala Syarkhil Minhaj, Juz II, hal. 357).
*dari berbagai sumberHujjatul Islam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad at-Thusi al-Ghazali yang dikenal dengan sebutan Imam Al-Ghazali, beliau memberikan jawaban yang jelas dan gamblang, bahwa sebenarnya Lailatul Qadr dapat
diketahui dari hari awal bulan puasa Ramadhan itu di mulai.
Kemudian beliau menuturkan : “Jika awal bulan Ramadhan dimulai hari Ahad atau Rabu, maka Lailatul Qadr jatuh pada malam 29 Ramadhan. Jika awal bulan Ramadhan hari Senin, maka ia jatuh pada malam 21 Ramadhan. Jika awal Ramadhan hari Selasa atau Jum’at, maka ia jatuh pada malam 27 Ramadhan, dan jika awal Ramadhan hari
Kamis maka ia jatuh pada malam 25 Ramadhan dan jika awal Ramadhan hari Sabtu maka ia jatuh pada malam 23 Ramadhan”.
(Hasyiah Jamal Ala Syarkhil Minhaj, Juz II, hal. 357).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar