OLEH-OLEH DARI KOTA WALI
Saya akhirnya bangga menjadi salah satu bagian dari kota bersejarah ini. Lambat laun dengan keyakinandan kepercayaan diri saya sering memperkenalkan diri sebagai 'cah demak' Ahaha. Dengan segala pernak-perniknya, sejarah, filosofi, symbol akulturasi, asimilasi, toleransi dan artefak terkait, Demak menjadi salah satu yang eksotis sekaligus mistis dan romantis. *halagh*
Buat teman-teman yang main ke Demak, berikut oleh-oleh yang bisa teman--teman bawa pulang, selain tentu saja membawa cerita, momen, kenangan dan pencerahan.
Buat teman-teman yang main ke Demak, berikut oleh-oleh yang bisa teman--teman bawa pulang, selain tentu saja membawa cerita, momen, kenangan dan pencerahan.
Ada banyak jenis mukena, picis, kopyah, sarung, kerudung, jilbab dan lainnya yang bisa dipilih. Kain yang serupa sarung pantai juga tersedia di sini, karena kadangkala para pelancong dan pengunjung tadinya menggunakan celana atau rok pendek, sedangkan untuk memasuki kawasan masjid memang dianjurkan untuk memakai busana yang tertutup.
Berbagai bentuk, ukuran, jenis dan warna kopyah juga tersedia, demikian pula dengan motif serta bahannya. Sebagian diproduksi sendiri oleh orang-orang serta industri kecil lokal sekitaran, sebagian dikirim para pengusaha kopyah dari Kudus, Surabaya, Bandung dll.
jangan kaget kalau lihat banyak sekali pisau dijual di deretan kios souvenir di Demak ya. Mungkin karena Demak terkenal dengan hasil alamnya berupa belimbing dan jambu Demak yang terkenal maknyus dan segar rasanya, so dijuallah pisau sebagai sarana untuk memotong buah-buah tersebut.
Pernah dengar lagu lir ilir kan? Atau mungkin malah hafal? Tembang yang digubah oleh Sunan Bonang dan dipopulerkan oleh Sunan Kaligogo itu mengandung bait “ penekno belimbing kuwi”
(panjatkan pohon belimbing itu)
Sebuah simbol betapa licin dan sulitnya untuk mencapai penegakan lima rukun Islam. (Biasanya sisi-sisi buah belimbing ada lima)
Ada juga berbagai aksesoris yang biasa kita temukan di berbagai tempat wisata. Ada cincin, gelang, kalung, tasbih, menjadi souvenir dengan ukuran yang bisa masuk ke saku. Bahannya bermacam-macam, ada yang dari kayu, kokka (yang konon dari Mesir dan Turki), atom, plastik, kuningan, perak sampai dengan sepuhan emas imitasi. Jadi ingat sama kios-kios sejenis yang kita temukan di sepanjang jalan antara masjidil haram menuju maktab/penginapan saat berhaji/umroh deh.
Terus......ada juga Blangkon dan Surjan, dua busana khas yang sering dipakai Sunan Kalijogo ini akhir-akhir ini menjadi hits dan incaran. Baik yang bermotif batik maupun berwarna hitam polos.
Melengkapi cindera mata yang terinspirasi dari alat dan media dakwah para Sunan, dijual juga Gending, terbang, ketipung dan marawis, dari ukuran kecil sampai besar. Selain sebagai cendera mata, juga sekaligus alat musik untuk memperkenalkan kembali seni dan tradisi lokal yang saat itu membawa ajaran Islam. Yang dulu sekali dikenal masyarakat sebagai ajaran yang damai, menyenangkan, dan membawa pada kegembiraan dan kebahagiaan. Alat musik ini sepaket dengan wayang yang dijadikan kendaraan bagi Sunan Kalijogo untuk bisa menyatu dengan kebudayaan yang telah ada sebelumnya. Orang-orang ada yang menyangkanya sebagai sinkretisme, meski sesungguhnya itu adalah asimilasi.
Demak kota Wali ya mbak Dian, biasanya oleh-oleh dari sana hanya jenang Mubarok saja hehe, ternyata ada banyak yang lainnya :)
BalasHapusiya, ada banyak sekali ragam oleh-olehnya lho. ayo ke Demak lagi :)
Hapus