Ngemil Baca The Lady In Red
Review by Dian Nafi
Senang sekali saat ada kurir menekan bel rumah dan mengantarkan
novel terbaru terbitan Gramedia Pustaka Utama berjudul The Lady In Red ini. Dikirim
langsung oleh Arleen, sang penulisnya, sehingga ada tangannya juga dalam novel ini. Covernya keren sekali, perpaduan hitam dengan merah. Bagian siluet wajah perempuannya dibuat flip bisa digunakan sebagai pembatas buku, meski ada juga pembatas bukunya lagi yang asli.
Kebetulan sekali aku baru saja menyelesaikan Queen Of Dreams
yang ditulis Divakaruni (terbitan Gramedia Pustaka Utama juga) Ternyata pertemuan
dan pertentangan timur barat sebagaimana di #QOD (india) ternyata juga menjadi tema di #TheLadyInRed Kalau di #TLIR
ini karakternya memiliki darah asal keturunan
Tiongkok.
Kesan pertama aku langsung jatuh hati. Kayak
membaca terjemahan ya, cara penceritaannya itu lho. Apalagi settingnya juga di
Amerika. Mengalir dengan hook-hook di akhir bab-babnya. Humor touch makes it
fresh. Misal bagaimana sang ayah musti menggunakan skateboard untuk bisa
mengikuti petunjuk feng shui dan semacamnya yang mensyaratkan seseorang harus berjalan
ke arah barat dulu pada hari tertentu saat mau kerja, padahal rumah mereka menghadap
timur. Ahaha. Lucu banget dan kreatif. Di beberapa tempat, bahkan penulisnya menceritakan
sesuatu yang lucu tapi seolah-olah dia menyampaikannya dengan tidak tertawa, polos
gitu. Menjadikannya semakin menggelitik.
Karakter-karakter ditampilkan di awal, dengan latar belakang,
sifat, hobi, habit, fear, goal, dream. Lalu
kita bisa menemukan kalimat-kalimat pendek yang tertulis di cover belakangnya itu
di dalam paragraph dalam cerita. Kemudian tahu-tahu kita jadi kenal banget dengan
tokoh-tokoh ini, menaruh simpati pada mereka. When Betty dan Robert crush each
other, we can feel love in the air.
Sedari awal kita langsung bisa menebak konflik yang akan terjadi,
antara budaya timur dan barat. Tapi tak membuat kita terhenti, karena penasaran
akan seperti apa detailnya. Apalagi ada banyak quote-quote yang terasa kena
di hati. Ini di antaranya:
Terkadang dalam diam ada lebih banyak yang
kau dengar dan mengerti, terutama jika mengetahui bahwa dengan dirinya berada
di sana saja, itu sudah cukup bagimu.
Pacing-nya juga pas, ada yang lambat, cepat, sesuai kebutuhan.
Sehingga tidak berkesan membosankan. Gimmick-gimmick menjadi benang merah dan membuatnya
real, nyata dan connect, terhubung.
Bety dan Robert di wotton farm, Jery
dan Wanda di Stephen farm. Ada interlude sebelum masuk cerita yang utama. Ada
tips-tips gaet pasangan diselipkan di sini.
Ada pohon keluarga berikut
ktrgnnya,membuat kita lebih mudah memahami hbgn antar karakter.Antar cucu buyut
ini cerita terangkai, dan ada serigala.
Greg, cucu buyut burk si pelayan dan rhonda, cucu buyut betty, menjadi tokoh
sentral. Cinta antar kasta berbeda. Tema klise tapi apik eksekusinya
Interlude lagi, si topi merah menjadi
metafora #TLIR
justru membuat kita bertanya-tanya dan penasaran, apa maksudnya, gimana
kelanjutan ceritanya, ada apa setelah ini?
Hidden feeling, rasa cinta yang rhonda
dan Greg sembunyikan dalam diri masing-masing, pengharapan-pengharapan
kosongnya jadi mengingatkan kita pada AADC deh:D
Kadang-kadang cerita suka di-cut alias
dipotong di tengah jalan, dibelokkan. sehingga bikin penasaran, ada apa sih. Contohnya
saat sempat menyinggung tentang Peter ex pacar rhonda di high school, tapi tidak
langsung dibahas karena saat itu Rhonda lagi concern mau ke acara pameran
lukisannya.
Interlude si topi merah itu bikin kita
menebak-nebak terus kira-kira di manakah rhonda akan tersesat. Mungkin ini nih,
gitu pikiran kita pas menemukan sesuatu yang mencurigakan. Pas ternyata bukan dan kemudian Rhonda baik-baik saja,
kita curiga lagi di adegan berikutnya, mungkin ini nih dan seterusnya.
Alur flashback membawa kita memahami alas
an-alasan atas apa yang terjadi. Dengan twist-twistnya yang boleh jadi klise tapi
tetap menarik karena gaya penceritaan yang bagus
Detailnya TLIR itu lho yang jempol banget.
Misal nih, meskipun hanya satu galery yang jadi setting cerita, tapi gallery-galery
lain yang ada dan berikut lokasinya dijelaskan secara singkat to convince that it's real.
Aku langsung menebak-nebak mungkin Brandon
yang belakangan rhonda kenal adalah cucu buyut serigala yang pernah dibocorkan sedikit
di interlude depan tadi. Apa tuh istilahnya? Procrastinating ya?
Apalagi waktu Brandon menggunakan
strategi sama yang digunakan oleh Kakek buyutnya Fredy untuk menjebak wanita.
However mungkin akan ada twist, begitu dugaanku.
Pengetahuan tentang detail
peternakan,seni lukis,dunia saham menjadikan cerita ini punya kedalaman, keluasan.
Detail-detailnya menambah banyak wawasan baru
Kematian Henry makin mengarahkan kita
mencurigai Brandon sebagai serigala yang hendak menuntut balas itu. Interlude berikutnya
tentang pemotong kayu.
Berbagai pertemuan yang seperti
kebetulan tapi membawa Greg pd kesadaran-kesadaran tampaknya dirancang
sedemikian rupa sehingga plausibel. Pertemuan dengan Peter, pihak Bank dan
seterusnya
Kekuatan #TLIR ada pada gaya penceritaan, plausibel, dan juga detail-detailnya. Termasuk tentang liquid x yang dipakai untuk meracun Henry dan Nana. Ah ya, caranya menyampaikan
pesan dan hikmah juga sangat implicit dan instrinsik sehingga sama sekali tidak
terasa menggurui. Antara lain bahwa dendam
bisa sedemikian sangat mengerikannya.
Cerita ditutup dengan adegan saat
Rhonda bercerita pada anak-anaknya tentang si topi merah, yang oleh karena
permintaan mereka, dia modifikasi dengan hadirnya spiderman. Mungkin untuk menunjukkan
keberadaan cerita itu benar di masa kini.
Most of all, this is such a good story.
Bravo!
hmm...jadi makin ingin nulis novel..supaya bisa dilas Mbak Dian
BalasHapusAyo yuk buruan tulis, biar aku bisa segera ikutan baca, mbak :)
Hapus