Novel Mengejar Mukti Di Omah Harapan
Novel Mengejar Mukti Di Omah Harapan
Menjadi sebuah kehormatan bagi saya karena beberapa waktu lalu, saya banyak mendapat
pelajaran tentang kedermawanan dan ketulusan dari teman-teman relawan
yang bergerak di bidang sosial serta para donatur yang bersama-sama
mencari solusi bagi orang yang membutuhkan.
Mereka mengajak saya
hari itu home visit ke salah seorang difabel yang tidak bisa berjalan.
Remaja kelas satu SMP ini senang menulis, dan teman-teman relawan
membawa saya datang ke rumahnya untuk memberi support, menyemangati agar
ia menumbuhkembangkan passion-nya tersebut. Hari ini diserahkan bantuan
laptop agar ia bisa menulis dengan mudah dan riang, setelah sebelumnya
beberapa waktu lalu juga diserahkan bantuan kursi roda.
I am speechless.
Nah, sekalian pada momen yang luar biasa itu saya memperkenalkan novel terbaru yang berjudul Mengejar Mukti.
Teman-teman juga bisa mendapatkannya di sini >> http://bit.ly/mengejarmukti
ini blurp/sinopsisnya:
Mukti resah karena kakaknya, Ayu, tak kunjung menikah. Ada saja yang membuatnya gagal mendapatkan calon suami. Karena itu, Ayu melontarkan pertanyaan yang bombastis. Jangan-jangan mereka masih keturunan sunan? Konon, keturunan sunan memang dapat ujian hidup yang lebih berat dan berliku.
Awalnya Mukti tak menggubris hal itu sampai dia mengalami sendiri nasib sialnya. Larasati, gadis pujaannya ternyata lebih memilih putra seorang kiai. Mukti merasa terbanting. Ia jadi berpikir seandainya benar keturunan wali, tentu harga dirinya akan naik di mata Larasati dan yang lainnya.
Demi mengejar sebuah mukti atau kemuliaan, akhirnya seorang Mukti pun pergi mencari tahu lebih jauh silsilah keluarganya. Ia berharap status kehormatan itu memang milik keluarganya. Dari kota ke kota, dari makam ke makam, hari-harinya dipenuhi pengalaman yang tak terbayangkan sebelumnya.
[Bentang Pustaka, Belia, Novel, Ringan, Keluarga, Hidup, Indonesia]
Simak infonya yaaa..
Give Away di fesbuk
Give Away di twitter dan instagram
Give Away di blog
Tidak ada komentar:
Posting Komentar