Akhir tahun kemarin kami, aku dan anak-anak, sengaja tidak berlibur jauh-jauh. Alasannya karena emaknya sudah capek pergi luar kota-an berhari-hari terus hehe, liburannya juga cuma sebentar jadi nggak mungkin pergi lama-lama, terus juga pingin irit duit juga. Eaaaa...
Kami pergi mengunjungi saudara-saudara, nenek, pakdhe, budhe, sepupu-sepupu, adik, ipar dan lain-lain terus sembari ke beberapa destinasi.
Meskipun aku sudah sering banget pergi ke Kota Lama Semarang, tapi kali ini aku juga mengajak anak-anak untuk menikmati keindahan suasana tempat ini di malam hari. So, kami berangkat naik bis Trans Semarang sama-sama. Setelah muter-muter dan transit dari halte ke halte, akhirnya sampailah kami ke halte Trans yang dekat dengan pool bis Damri. Letaknya di seberang kawasan Kota Lama Semarang.
Hari masih sore sebenarnya. Tetapi mendung dan gerimis membuat kami lapar lagi meskipun tadi sudah makan ketika mau berangkat jalan-jalan. Eaaaaa...
Walhasil kami mampir ke warung sebelah kantor Telkom dan SDK aka Semarang Digital Kreatif untuk mengisi perut. Menu nasi goreng babat telur dan jeruk menjadi teman kami menyambut maghrib.
Dari arah pool Damri kami menyeberang jalan ke kawasan Kota Lama lalu menyusuri pedestrian sepanjang jalan Mpu Tantular. Melewati Cafe Sepur dan berfoto di depan miniatur keretanya yang berkelip-kelip, lalu gedung PELNI, juga sebuah bangunan yang kayak rumah hantu karena sepertinya kosong lama dan seram auranya. hiiiii.... Then sempat berfoto-foto sebentar di depan gedung Bank Mandiri, merekam jejak kaki di salah satu ubin trotoarnya yang apik dan nyeni.
Beberapa pelancong juga tampak menikmati suasana di sana. Sebagian mereka kelihatan datang dari luar kota, bahkan ada yang memakai peralatan kamera lengkap untuk mengabadikan momen-momen di Kota Lama Semarang yang makin indah ketika malam menjelang.
Dekat salah satu tiang lampu jalanan, kami temukan pak tua tukang becak sedang duduk di kendaraan tradisional ini. Mungkin dia juga sedang menikmati lampu-lampu di jembatan Berok petang ini seperti juga kami.
Belok kiri ke Jalan Suprapto alias jalur utamanya kawasan Kota Lama, aku bisa menangkap bangunan yang dulu kubuat untuk tugas perancangan di kampus arsitektur bareng sahabatku. Bangunan di sebelah gedung Paphros ini milik PTPN, menghadap jalan Sendowo, persis di sisi sungai Berok. Kami waktu itu memotretnya, naik-naik ke atasnya, mengukur semua elemen, lalu menggambarnya sampai detail bahkan membuat maketnya lalu mempresentasikan di kelas. Masing-masing kelompok mahasiswa mendapat tugas-tugas yang berbeda, tapi semuanya mengambil kasus bangunan-bangunan peninggalan Belanda di kota lama Semarang ini. Selain tugas perancangan, kami juga sering dibawa oleh dosen ke kota Lama Semarang ini untuk memotret, menggambar, membuat sketsa-sketsa bangunan-bangunan di sini sebagai bagian dari tugas Teknik Presentasi. Dan dosen Tekpres ini adalah salah satu dosen favoritku. Duh jadi kangeeen. tapi beliau sudah almarhum. Lahul fatihah.
Malam itu suasana hangat, bahkan padat, banyak sekali orang menyusuri kawasan kota Lama Semarang, sampai kalau jalan di trotoar tepi jalannya kadang harus mencari ruang untuk menelisip-nelisip supaya bisa lewat. Agak sulit memotret jarak dekat karena banyak orang. Jadi lebih banyak mengambil foto dengan lensa lebar alias jarak jauh.
Melewati gedung Old City 3D anakku langsung komentar, eh kita pernah nih masuk ke dalam situ. Iya, memang kami sudah pernah ke sana beberapa tahun lalu.
Kutunjukkan beberapa gedung di seberangnya yang mungkin waktu itu mereka belum sempat pindai dan kenali. Ada Gallery Kreatif Semarang, dan resto Ikan Bakar Cianjur yang terkenal itu.
Sebenarnya aku tuh maunya bisa berlaku kayak guide bagi mereka, seperti yang sering almarhum bapakku dulu lakukan dan tunjukkan pada kami, anak-anak-nya, tiap kali pergi ke pameran ataupun kunjungan ke mana saja. Ingin kujelaskan pada mereka ini lho Gedung asuransi Jiwasraya dan gereja Blenduk, gedung Marba, Spiegel, taman Sri Gunting, gimana sejarahnya, ceritanya, arsitekturnya dan lain lain. Tapi anak-anakku tuh cenderung gak bisa tenang dan memperhatikan, punya mau sendiri dan inginnya gerak mobile terus. Bahkan untuk difoto atau selfie bareng pun nggak mau. Ahaha...akhirnya buyar dan ambyar lah impianku.
Mereka malah spontan langsung antusias menyewa sepeda di dekat gedung Spiegel, dan kami bertiga akhirnya melewatkan malam itu dengan sepedaan bareng mengelilingi kota lama Semarang. Menyusuri setiap gang dan lorong-lorongnya, bahkan sampai ke bagian-bagian sepi yang tidak tersorot lampu jalanan dan orang-orang yang berlalu lalang.
Setelah sekitar satu jam bersepeda, kami kembali berjalan kaki dan menikmati suasana. Lalu mampir di salah satu kafe di kota Lama Semarang, dalam Galeri Kreatif. Aku memesan wedang uwuh, anak lanang capuccino dan anak perempuanku memesan juice.
Sepupu mereka menjemput kami yang menunggu di jembatan Berok sembari menikmati sisa malam itu. Bangunan PTPN yang kuceritakan tadi tampak indah dari sisi kami berdiri. Lampu-lampu sorot menonjolkan estetika arsitekturalnya, kekuatan fasade yang dibentuk dari detail elemen-elemen yang diperhitungkan dengan cermat menggunakan proporsi Vitruvius Da Vinci. Suasana bangunan di tepi kanal ini mengingatkanku saat di Belanda Juni 2019 lalu. Sayangnya kali Berok mengeluarkan bau tak sedap sehingga itulah yang membedakannya dengan suasana di Belanda yang air dan udaranya bersih. Waduh, jadi kangen Netherland.
Btw, di kawasan kota lama ada akar pohon yang nempel di dinding bangunan dan seringkali buat spot foto orang-orang dengan cara memanjatnya lho. Meski banyak orang bilang bagian situ agak angker dan seram. Hehehe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar