Dian Nafi Travel Nomad 1 Bulan 7 Kota

 Dian Nafi Travel Nomad 1 Bulan 7 Kota



Gak menyangka sama sekali bahwa satu bulan ini ternyata writravelicious berkesempatan mengunjungi tujuh kota.

jejak langkah di tujuh kota

Dian Nafi memulai bulan dengan langkah cepat. Agenda wisuda di Kudus menjadi pintu pembuka perjalanan yang panjang. Di kota kecil yang penuh kenangan itu, Dian menghadiri momen bahagia seorang sahabat. Denting gamelan dan suara gembira para wisudawan mengiringi pagi yang cerah. Kudus dengan keramahtamahannya, seakan menyambut Dian untuk kembali sejenak mengingat masa-masa lalu yang penuh perjuangan.

Tidak lama setelah itu, Dian langsung meluncur ke Demak. Kali ini bukan sekadar hadir, tapi menjadi bagian dari panitia wisuda. Kesibukan menyusun acara, mempersiapkan rundown, dan memastikan segalanya berjalan lancar membuat hari-hari di Demak terasa padat. Tetapi semangat kebersamaan dengan teman-teman panitia menjadi energi tersendiri bagi Dian. Selesai dari Demak, dia melanjutkan perjalanan ke Semarang.

Di Universitas Diponegoro, Semarang, Dian menghadiri promosi doktor seorang teman baik. Acara berlangsung khidmat, dipenuhi haru dan kebanggaan. Dian merasa terinspirasi melihat perjuangan akademis yang begitu panjang dan penuh dedikasi. Perjalanan ini mengingatkan Dian bahwa perjuangan dalam dunia pendidikan tidak pernah berhenti.

Perjalanan kemudian membawanya ke Malang, di mana Dian harus mempresentasikan sebuah paper di Human Rights Conference Universitas Brawijaya. Ruang-ruang diskusi di Malang penuh dengan energi intelektual dan berbagai perspektif mengenai hak asasi manusia. Dian dengan tenang menyampaikan idenya di hadapan para akademisi dan aktivis dari berbagai negara. Keberanian untuk bersuara di panggung internasional ini menjadi pengalaman yang tak terlupakan.

Dari Malang, Dian melanjutkan langkahnya ke Surabaya. Pitching kompetisi internasional Falling Wall Labs di Petra University menjadi tujuan selanjutnya. Dengan persiapan yang matang, Dian membawakan idenya dengan penuh percaya diri. Di hadapan juri dan peserta dari berbagai negara, Dian merasakan detak jantung yang cepat, tapi juga kebanggaan karena berkesempatan menunjukkan inovasi yang ia kembangkan.

Perjalanan tidak berhenti di Surabaya. Stasiun Pekalongan menjadi persinggahan berikutnya. Di sini, Dian merasakan keheningan dan ritme yang berbeda. Stasiun yang selalu sibuk, tetapi juga memberikan momen jeda di antara perjalanan panjang yang melelahkan.

Magelang menjadi destinasi berikutnya untuk studi banding ke Taman Baca Masyarakat. Melihat antusiasme para pengunjung, anak-anak hingga dewasa, yang haus akan pengetahuan membuat Dian semakin yakin akan pentingnya literasi. Magelang dengan udaranya yang sejuk dan suasana tenang menjadi tempat yang sempurna untuk merefleksikan perjalanan yang telah dilalui.

Sebagai penutup, Dian melakukan ziarah ke Syekh Subakir di Puncak Tidar. Pendakian yang tidak mudah, tetapi menenangkan jiwa. Ziarah ini menjadi momen introspeksi bagi Dian, seolah menegaskan kembali tujuan dari setiap langkah yang telah ia ambil selama sebulan terakhir.

Di penghujung perjalanan ini, Dian menyadari bahwa setiap kota yang disinggahi meninggalkan jejak yang berbeda, namun semuanya membentuk mozaik kehidupan yang semakin kaya dan bermakna. Jejak langkah di tujuh kota dalam sebulan bukan sekadar perjalanan fisik, melainkan juga perjalanan batin yang mengajarkan banyak hal tentang kebahagiaan, perjuangan, dan kebijaksanaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Adbox

@diannafi